PACITAN - Tradisi Ronthek Gugah Sahur kembali bergema di Kabupaten Pacitan di bulan suci Ramadhan 1446 Hijriyah. Ratusan warga dari berbagai desa memenuhi jalanan pada Selasa (4/3/2025) dini hari.
Warga memainkan alat musik kentongan berbahan bambu, serta menyanyikan lagu-lagu bernuansa tradisional untuk membangunkan warga yang hendak sahur.
Namun, demi menjaga keamanan, ratusan aparat gabungan dikerahkan untuk mengawal jalannya tradisi ini. Petugas ditempatkan di berbagai titik strategis, termasuk persimpangan jalan dan gang, guna mengantisipasi kemungkinan tawuran antarkelompok peserta ronthek.
Kapolsek Pacitan, AKP Andreas Hekso, menyatakan bahwa langkah preventif telah diambil dengan membagi rute kelompok ronthek ke dalam empat rayon, yakni barat, selatan, utara, dan timur. Setiap rayon telah disiagakan personel keamanan guna memastikan tradisi ini berlangsung aman dan kondusif.
"Untuk mengantisipasi tawuran, tahun ini rute kelompok Ronthek Gugah Sahur dibagi menjadi empat rayon. Di setiap rayon telah kami tempatkan ratusan personel guna mengamankan jalannya tradisi ini sepanjang bulan Ramadan," ujar AKP Andreas Hekso.
Lebih lanjut, AKP Andreas Hekso menegaskan bahwa aparat keamanan akan bertindak tegas terhadap siapa saja yang mencoba membuat keributan atau mengganggu ketertiban umum.
"Kami ingin memastikan tradisi ini tetap berjalan dengan baik tanpa ada insiden yang mengganggu keamanan. Oleh karena itu, kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan terhadap pihak-pihak yang memprovokasi atau terlibat dalam aksi tawuran," tambahnya.
Diketahui, Ronthek Gugah Sahur merupakan bagian dari budaya masyarakat Pacitan yang telah berlangsung secara turun-temurun. Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, tradisi di Kabupaten Pacitan ini kerap diwarnai aksi anarkis oleh oknum peserta, sehingga pengamanan ketat perlu diterapkan untuk menjaga ketertiban.
Dengan adanya langkah antisipatif ini, diharapkan masyarakat tetap dapat menikmati tradisi ronthek tanpa adanya gangguan keamanan yang dapat merusak kekhusyukan bulan suci Ramadhan. (*)
Editor : M Fakhrurrozi