Sebuah toko bakery baru saja membeli oven canggih yang diharapkan bisa mempercepat proses pembuatan roti. Namun, hasilnya justru jauh dari ekspektasi. Roti yang diproduksi seringkali terlalu gosong atau malah belum matang sempurna. Pemilik toko pun mengeluhkan hal ini kepada tim dapur. Setelah ditelusuri, ternyata masalah tersebut muncul karena tim dapur tidak membaca petunjuk penggunaan alat baru tersebut. Mereka terbiasa dengan oven tangkring berbahan bakar gas dan tidak menyesuaikan diri dengan teknologi baru.
Kesombongan dan Kemalasan dalam Bekerja
Peristiwa ini menunjukkan pentingnya membaca buku petunjuk, terutama ketika alat yang digunakan memengaruhi hasil yang menyangkut kebutuhan banyak orang. Tidak membaca panduan bisa mencerminkan dua hal: kesombongan dan kemalasan. Meskipun pengalaman merupakan guru terbaik, tidak ada salahnya untuk terus belajar. Menganggap diri sudah tahu segalanya adalah bentuk kesombongan yang bisa menghambat kemajuan. Menyerahkan ego dan tetap terbuka untuk belajar adalah kunci untuk menghindari jebakan mental ini.
Hardskill vs Softskill dalam Bekerja
Terdapat dua kompetensi utama dalam bekerja: hardskill dan softskill. Hardskill, atau kemampuan teknis, biasanya bisa diasah lewat pengalaman dan pendidikan formal. Namun, pengalaman saja membutuhkan waktu lama, sehingga pendidikan formal seringkali dianggap sebagai jalan pintas. Di sisi lain, softskill atau kemampuan non-teknis lebih berkaitan dengan karakter seseorang. Kemampuan ini bisa ditempa melalui disiplin dan pendidikan yang ketat.
Mental Block dalam Organisasi
Tim dapur toko roti tersebut memang berpengalaman dalam menggunakan oven tangkring, namun ketika dihadapkan pada alat baru, mereka harus “move on” dan membuka diri pada perubahan. Dalam organisasi, ini disebut mental block—ketidakmauan untuk berubah dan terus berada dalam zona nyaman. Ini adalah salah satu tantangan utama dalam organisasi yang kerap menyebabkan penolakan terhadap inovasi.
Zona Nyaman dan Continuous Improvement
Kemalasan dalam konteks ini terletak pada anggapan bahwa alat baru tidak memerlukan panduan dan bisa digunakan dengan mudah hanya dengan menekan tombol. Ini merupakan masalah softskill, yaitu ketidakmauan untuk terus melakukan continuous improvement. Tinggal dalam zona nyaman terlalu lama bisa mengakibatkan penolakan perubahan.
Bekerja dengan Benar, Bekerja dengan Baik
Penting untuk membedakan antara bekerja dengan benar dan bekerja dengan baik. Bekerja dengan baik berkaitan dengan sikap atau attitude, sementara bekerja dengan benar merujuk pada pedoman atau panduan yang ada. Dengan mengikuti pedoman, hampir bisa dipastikan hasilnya akan baik. Namun, bekerja hanya dengan sikap baik belum tentu menghasilkan output yang benar.
Untuk itu, mari kita tetap rendah hati dalam bekerja, mengikuti pedoman yang ada, dan tidak membiarkan ego menghalangi kita untuk belajar hal-hal baru. (*)