Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan pola perilaku yang berlebihan dan tidak wajar dalam pengagungan terhadap diri sendiri, rasa superioritas, kebutuhan akan perhatian yang berlebihan, dan kurangnya empati terhadap orang lain. Seseorang dengan NPD dapat memiliki pandangan yang sangat tinggi terhadap kemampuan dan prestasi mereka sendiri, merasa mereka pantas mendapatkan pengakuan dan penghargaan yang besar tanpa memperhitungkan usaha dan kontribusi orang lain. Mereka cenderung meremehkan orang lain dan merasa lebih unggul dari orang lain, seringkali membutuhkan pengakuan dan pujian secara terus-menerus. Gejala-gejala NPD dapat mengganggu hubungan interpersonal dan menyebabkan masalah di berbagai area kehidupan, termasuk pekerjaan dan hubungan pribadi. Baru-baru ini, TikToker asal Lampung, Bima Yudho Saputro menjadi perbincangan publik karena perilaku dan kontennya yang sering dikritik oleh banyak orang. Hal ini dikarenakan dari sekian banyak konten Bima Yudho Saputro ini ada indikasi merendahkan orang Indonesia dengan menyebutnya kroco-kroco. Meskipun semula, dia (Bima Yudho Saputro) banyak dipuji karena berani mengkritik Provinsi Lampung. Namun belakangan yang sedang ramai dibincangkan dan viral di media social adalah konten Bima Yudho Saputro yang menyebut bahwa Megawati Soekarno Putri seorang janda dan juga mengungkit soal Ir Soekarno yang telah mampus.
Dalam pandangan saya, Bima Yudho Saputro bisa dikatakan terkenal di media sosial, namun popularitasnya bersifat kontroversial dan lebih banyak dikenal sebagai orang yang kontroversial daripada sebagai orang terkenal yang produktif dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Meskipun, substansi yang disampaikan sangat baik seperti mengkritik infrastruktur di Provinsi Lampung, karena menyangkut kepentingan publik. Namun jika dilihat dari keseluruhan konten yang di unggah pada media social, saya menilai cara Bima melakukan kritik kurang tepat. Substansi pesan sangat baik, tapi voice of judgetment & voice of cynicism-nya kelewat besar atau boleh dikatakan bahasa yang digunakan dalam konten tersebut kurang pantas dan bersifat merugikan orang lain. Hal tersebut menunjukkan adanya indikasi perilaku narsistik yang mungkin dimilikinya. Sebagai seorang konten kreator, Bima Yudho Saputro seharusnya mempertimbangkan efek dari kontennya pada masyarakat, terutama pada para penggemarnya yang mungkin termasuk remaja atau anak-anak yang mudah terpengaruh. Dalam konteks ini, ia seharusnya tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri, melainkan juga tanggung jawabnya sebagai seorang influencer yang memiliki pengaruh besar pada orang lain.
Famous atau Notorius?
Istilah "famous" berasal dari bahasa
Latin "famosus", yang berarti terkenal atau terkenal dengan baik.
Dalam bahasa Inggris, istilah ini pertama kali digunakan pada abad ke-15 untuk
menggambarkan seseorang yang dikenal secara luas oleh masyarakat. Seiring
perkembangan teknologi dan media sosial, penggunaan istilah "famous"
semakin meluas untuk menggambarkan orang yang populer atau terkenal di
internet, seperti selebriti, influencer, atau YouTuber. Sementara itu, istilah
"notorius" berasal dari bahasa Latin "notorius", yang
berarti dikenal secara luas atau terkenal karena hal-hal yang buruk. Istilah
ini mulai digunakan pada abad ke-16 dan sering digunakan untuk menggambarkan
orang yang memiliki reputasi yang buruk atau terkenal karena perilaku yang
kontroversial atau kriminal. Kedua istilah ini memiliki arti yang berbeda dan
sering digunakan untuk menggambarkan orang yang berbeda dalam konteks hiburan
dan media sosial. Famaous merujuk pada seseorang yang terkenal dan populer di
mata masyarakat, terutama dalam konteks media sosial. Famaous seringkali
dihubungkan dengan prestasi atau karya yang dihasilkan oleh orang tersebut yang
diakui dan diapresiasi oleh banyak orang. Sementara itu, notorius merujuk pada seseorang
yang dikenal karena perilaku atau tindakan yang buruk atau kontroversial.
Notorius seringkali dihubungkan dengan reputasi yang buruk di mata masyarakat,
dan dapat merusak citra atau karier seseorang.
Dalam hal ini, jika dilihat dari fenomena yang sedang dibahas diatas, maka perilaku Bima Yudho Saputro dapat dianggap sebagai notorious, karena Bima Yudho Saputro dikenal lebih sebagai orang kontroversial daripada sebagai orang terkenal yang produktif dan positif. Sifatnya yang narsistik juga dapat merugikan orang lain dan masyarakat secara umum. Perilaku seperti ini dapat merusak reputasi dan mengancam kesejahteraan orang lain. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai masyarakat untuk memperhatikan perilaku publik figur dan mengajak mereka untuk bertanggung jawab atas tindakan dan konten yang mereka hasilkan. Sebagai publik figur, mereka harus mempertimbangkan efek dari kontennya pada masyarakat dan menjadi panutan yang baik untuk generasi muda.
*) Suwandi S. Sangadji, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen Universitas Airlangga