KABUPATEN MALANG - Universitas Terbuka (UT) kembali menunjukkan eksistensinya sebagai garda terdepan dalam pemerataan akses pendidikan tinggi di Indonesia. Hal ini ditegaskan dalam kunjungan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof. DR. Pratikno ke Sentra Layanan UT (SALUT) Al Islahiyah Singosari, Kabupaten Malang, pada Senin (14/7/2025).
Dalam kunjungannya, Menko PMK menyampaikan apresiasi tinggi terhadap sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh yang diusung UT. Ia secara langsung berdialog dengan para mahasiswa yang mayoritas adalah pekerja aktif, ibu rumah tangga, hingga mereka yang berasal dari wilayah pelosok.
“Mahasiswa UT adalah contoh nyata SDM tangguh. Mereka belajar mandiri sambil bekerja, dan itu bukan hal mudah. Daya juang seperti ini yang dibutuhkan Indonesia ke depan,” ujar Pratikno.
Baca Juga : Mbak Wali Bersama Wagub Jatim Dampingi Menko PMK dan Menteri PPPA Tinjau PKG di Pondok Pesantren
Model pendidikan fleksibel yang ditawarkan UT dinilai sejalan dengan kebutuhan zaman. Tanpa batasan usia, ruang, dan waktu, UT memungkinkan siapa pun mengakses pendidikan tinggi tanpa meninggalkan aktivitas utama mereka.
Direktur UT Malang, Dr. Lilik Sulistyowati, M.Si., menyebut bahwa SALUT Al Islahiyah merupakan salah satu bentuk nyata keberpihakan UT terhadap masyarakat.
“Kami hadir lebih dekat ke masyarakat lewat layanan seperti SALUT ini. Proses registrasi, konsultasi akademik, hingga pengambilan bahan ajar kini bisa dilakukan tanpa harus datang ke kampus utama,” jelas Lilik.
Lebih dari sekadar layanan administratif, SALUT juga menjadi ruang interaksi dan motivasi bagi mahasiswa UT. Dengan dukungan komunitas lokal, pusat layanan ini tumbuh menjadi simpul semangat belajar bagi warga Malang Raya.
Menambah perspektif nasional, Prof. Ojat Darojat, mantan Rektor UT yang kini menjabat sebagai Deputi Bidang Pendidikan di Kemenko PMK, menegaskan bahwa UT adalah simbol pendidikan inklusif di Indonesia.
“Dari Sabang sampai Merauke, UT hadir untuk menjangkau yang tak terjangkau. Mahasiswa kami berasal dari beragam latar—buruh, petani, pekerja migran, hingga penyandang disabilitas. Inilah wajah sejati pendidikan terbuka,” ujarnya.
Menurut Ojat, kehadiran SALUT seperti di Singosari adalah bukti konkret bahwa inovasi UT benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat akar rumput.
“Pendidikan tidak boleh elitis. UT membuktikan bahwa sistem terbuka bisa berjalan berkualitas, dan tetap memberi dampak nyata bagi pembangunan manusia Indonesia,” imbuhnya.
Selain menyoroti semangat belajar mahasiswa, Menko PMK juga mendorong agar mahasiswa UT semakin adaptif terhadap perkembangan teknologi dan kebutuhan dunia kerja.
“Sistem pembelajaran daring adalah keunggulan UT. Gunakan ini untuk memperkuat kompetensi, baik teknologi, bahasa, maupun soft skill lainnya. Jadilah lulusan yang siap bersaing,” pesan Pratikno.
Kunjungan Menko PMK ke SALUT UT Malang bukan sekadar agenda simbolik, melainkan pengakuan nyata atas kiprah Universitas Terbuka dalam mendekatkan pendidikan tinggi kepada seluruh elemen masyarakat. Di tengah tantangan zaman, UT hadir sebagai solusi: fleksibel, inklusif, dan berbasis teknologi. (Rafli Firmansyah)
Editor : JTV Malang