Kondisi telapak tangan yang selalu basah meski tidak sedang gugup atau berada di tempat panas sering dianggap hal biasa. Padahal secara medis, gejala tersebut dapat mengarah pada hiperhidrosis atau gangguan kesehatan berupa produksi keringat berlebih yang terjadi tanpa sebab jelas. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mengganggu aktivitas hingga memengaruhi kesehatan mental penderitanya.
Hiperhidrosis terjadi ketika kelenjar keringat bekerja terlalu aktif sehingga tubuh mengeluarkan keringat meski tidak membutuhkan pendinginan. Keringat berlebih tersebut umumnya muncul di bagian telapak tangan, telapak kaki, ketiak, hingga wajah. Dalam banyak kasus, penderita bahkan mengaku tangannya bisa basah seperti baru dicuci, meskipun hanya duduk diam atau berada di ruangan ber-AC.
Berikut Gejala Umum Hiperhidrosis:
1. Tangan, kaki, atau ketiak basah terus-menerus tanpa pemicu jelas
2. Keringat menetes sampai membasahi pakaian atau benda yang disentuh
3. Rasa dingin pada telapak tangan akibat keringat berlebih
4. Meninggalkan bekas basah saat menulis, berjabat tangan, atau menyentuh layar ponsel
5. Muncul sejak usia remaja dan bertahan hingga dewasa
6. Rasa tidak nyaman atau cemas sebelum melakukan kontak fisik dengan orang lain
Data menunjukkan sekitar 2–3 persen populasi dunia mengalami hiperhidrosis. Sayangnya, sebagian besar tidak menyadari bahwa ini adalah kondisi medis yang dapat ditangani. Banyak penderita memilih diam karena merasa malu, sehingga menurunkan rasa percaya diri dan membatasi aktivitas sosial.
Dokter membagi hiperhidrosis menjadi dua jenis yakni primer dan sekunder. Hiperhidrosis primer umumnya muncul tanpa adanya penyakit penyerta dan biasanya dimulai sejak masa puber. Sementara hiperhidrosis sekunder bisa dipicu gangguan tiroid, diabetes, obesitas, menopause, atau efek samping obat tertentu.
Meski tidak mengancam nyawa, hiperhidrosis dapat berdampak serius terhadap kualitas hidup. Penderitanya sulit menggenggam benda, menulis di kertas, bahkan menolak bersalaman karena khawatir menimbulkan kesan negatif. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat memicu iritasi kulit, infeksi jamur, hingga tekanan psikologis berupa stres dan rasa rendah diri.
Penanganan hiperhidrosis dapat dilakukan melalui penggunaan antiperspiran medis, obat minum, terapi iontophoresis, suntik botox, hingga operasi simpatektomi pada kasus berat. Ahli kesehatan menegaskan pentingnya pemeriksaan dini ke dokter apabila keringat berlebih telah mengganggu aktivitas harian. (Fadillah Putri)
Editor : M Fakhrurrozi



















