MAGETAN - Musim kemarau tak selalu membawa kesulitan bagi masyarakat desa. Bagi warga Desa Pendem, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan, musim kering justru menjadi peluang untuk mencari nafkah tambahan. Dengan memanfaatkan aliran sungai yang mengering, sebagian warga beralih menjadi penambang pasir tradisional.
Salah satunya adalah Mbah Semi, warga setempat yang telah menjalani profesi sebagai penambang pasir selama lebih dari 15 tahun. Saat musim tanam berakhir dan aktivitas bertani berkurang, ia memanfaatkan waktu luangnya untuk menambang pasir di sungai dekat rumahnya.
Berbekal alat sederhana seperti sekop, ayakan, dan ember, Mbah Semi menyaring pasir dari tumpukan batu dan kerikil. Untuk mengumpulkan satu bak mobil (pick-up) penuh pasir, ia membutuhkan waktu hampir satu pekan, tergantung kondisi dan ketersediaan material di lokasi.
“Kalau pasir, satu pick-up itu biasanya laku sekitar Rp200 ribu. Kalau batu, bisa Rp250 ribu. Tapi pembeli lebih sering cari pasir,” ujar Mbah Semi saat ditemui di lokasi penambangan.
Baca Juga : Saat Kemarau, Warga Desa Pendem Jadi Penambang Pasir Untuk Menyambung Hidup
Meski harus bekerja di bawah terik matahari dan tanpa fasilitas penunjang, semangat para penambang tradisional ini tetap menyala. Bagi mereka, pekerjaan ini adalah bentuk ikhtiar untuk tetap bertahan hidup di tengah minimnya pemasukan selama musim kemarau.
Selain menjadi sumber penghasilan tambahan, aktivitas ini juga mencerminkan kegigihan warga pedesaan dalam menghadapi tantangan ekonomi musiman. Di tengah segala keterbatasan, mereka tetap mampu beradaptasi dan mencari peluang demi menghidupi keluarga.
“Nggak ada pilihan lain. Kalau nggak kerja ya nggak makan. Ya sudah, selama sungai kering, ya nyari pasir,” pungkas Mbah Semi.
Baca Juga : Petani Jagung Keluhkan Kekeringan dan Serangan Hama, Panen Terancam Gagal
Pemandangan para penambang tradisional di aliran sungai yang kering kini menjadi hal lumrah di beberapa wilayah pedesaan Magetan. Aktivitas ini tak hanya menyokong kebutuhan ekonomi warga, tapi juga menjadi simbol ketangguhan mereka menghadapi kerasnya hidup di musim kemarau.
Editor : JTV Madiun