Pada era modern yang serba cepat ini, industri fast fashion telah mengambil alih pasar dengan menawarkan pakaian terjangkau dan tren yang selalu berubah.
Banyak merek besar yang meluncurkan koleksi baru setiap minggunya, membuat konsumen tergoda untuk terus berbelanja tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari kebiasaan tersebut.
Namun, di balik harga yang murah, industri ini menyimpan banyak sisi gelap yang berdampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat.
1. Dampak terhadap lingkungan
Tantangan utama industri fast fashion adalah akumulasi limbah tekstil yang besar. Menurut informasi dari waste4change, sekitar 92 juta ton limbah dihasilkan setiap tahun.
Namun, hanya 12 persen yang bisa didaur ulang. Banyak dari produk fast fashion dibuat dari bahan sintetis sulit terurai seperti poliester.
Selain itu, proses pembuatan pakaian ini sering kali melibatkan penggunaan pewarna dan bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari sumber air.
Fast fashion juga menyumbang sekitar 10 persen dari total emisi karbon global, menguras sumber daya alam dan berkontribusi pada perubahan iklim melalui emisi gas rumah kaca selama produksi dan distribusi pakaian.
2. Eksploitasi tenaga kerja
Di balik harga terjangkau produk fast fashion, terdapat kenyataan pahit tentang eksploitasi tenaga kerja.
Pekerja sering bekerja dalam kondisi memprihatinkan dengan imbalan minim. Sementara, pelanggaran hak-hak mereka tertutupi oleh daya tarik harga murah.
Situasi ini menciptakan siklus ketidakadilan, di mana perusahaan besar meraih keuntungan besar, sedangkan pekerja tetap terjebak dalam kemiskinan.
3. Konsumsi berlebihan dan budaya buang
Fast fashion menciptakan budaya konsumsi berlebihan, yakni ketika individu merasa perlu membeli pakaian baru untuk mengikuti tren.
Selain itu, pakaian yang diproduksi umumnya terbuat dari bahan murah dan tidak tahan lama sehingga hanya bertahan beberapa kali pakai sebelum robek atau rusak.
Akibatnya, banyak pakaian yang hanya dipakai satu atau dua kali berakhir terbuang sia-sia.
Dengan meningkatnya jumlah produksi pakaian setiap tahunnya, perilaku konsumtif ini semakin memperburuk masalah limbah dan pencemaran lingkungan.
Bagaimana mengatasinya?
Mengurangi ketergantungan pada fast fashion memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin.
Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan berinvestasi pada pakaian berkualitas tinggi yang memiliki daya tahan lama.
Mendukung sustainable fashion atau membeli barang bekas bisa menjadi langkah awal yang efektif.
Selain itu, mendukung merek yang mengedepankan etika dan keberlanjutan juga dapat berkontribusi dalam mendorong industri ke arah yang lebih bertanggung jawab.
Editor : Khasan Rochmad