GRESIK - Sebuah tradisi unik yang telah bertahan selama lima abad kembali digelar di Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Gresik. Kolak ayam, atau yang juga dikenal dengan nama sangring, menjadi sajian khas yang selalu hadir dalam peringatan malam 23 Ramadan. Tradisi ini dipercaya telah berlangsung sejak zaman Wali Songo dan menjadi bagian penting dari warisan budaya Islam di wilayah tersebut.
Setiap tahunnya, warga Desa Gumeno bersama-sama memasak kolak ayam sebagai bentuk syukur dan doa agar diberikan keberkahan. Tidak seperti kolak pada umumnya yang berbahan dasar pisang atau ubi, kolak ayam ini menggunakan ayam kampung sebagai bahan utama, yang dimasak dengan santan serta berbagai rempah khas yang menghasilkan rasa gurih dan aroma khas.
Tahun ini, warga memasak sebanyak 3.500 porsi kolak ayam dengan menggunakan bahan-bahan dalam jumlah besar. Sebanyak 270 ekor ayam kampung disiapkan bersama 740 kilogram gula merah, 250 kilogram daun bawang, 600 butir kelapa, 60 kilogram jinten, serta air hujan sebanyak 1.500 liter. Total biaya yang dihabiskan untuk penyelenggaraan tradisi ini mencapai Rp225 juta.
Baca Juga : Kebakaran Rumah di Gresik Diduga Akibat Korsleting Listrik
Menariknya, ada syarat khusus bagi yang memasak kolak ayam ini. Hanya laki-laki yang diperbolehkan untuk memasak, sementara perempuan dapat membantu dalam persiapan bahan-bahan lainnya. Tradisi ini terus dijaga agar tetap sesuai dengan adat yang diwariskan secara turun-temurun.
Menurut sejarah, tradisi ini merupakan peninggalan Sunan Dalem, putra kedua Sunan Giri. Konon, ketika berada di Desa Gumeno, Sunan Dalem mengalami sakit dan mendapatkan petunjuk untuk membuat kolak ayam. Setelah memasak dan memakan kolak ayam tersebut, ia pun sembuh atas izin Allah. Sejak saat itu, kolak ayam menjadi bagian dari ritual tahunan masyarakat setempat.
Baca Juga : Balap Liar Gresik Dibubarkan, Polisi Amankan 33 Motor dan 54 Remaja, Awalnya dari WA
"Tradisi ini bukan hanya tentang makanan, tetapi juga menjaga warisan leluhur yang telah berlangsung selama lima abad. Kami melestarikan tradisi hingga generasi mendatang tetap melestarikan kolak ayam sebagai bagian dari identitas budaya Gumeno," ujar Didik Wahyudi, Ketua Panitia Tradisi Kolak Ayam tahun ini.
Sejak tahun 2019, tradisi kolak ayam telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh pemerintah. Pengakuan ini semakin menguatkan pentingnya pelestarian budaya lokal agar tetap lestari di tengah modernisasi.
Setelah selesai dimasak, kolak ayam akan disantap bersama oleh warga setelah shalat tarawih. Suasana kebersamaan semakin terasa ketika semua masyarakat berkumpul, menikmati hidangan khas ini sambil berbincang hangat.
Baca Juga : Duh! Tiga Bocah Pelaku Curanmor di Gresik Ditangkap, Sudah Beraksi di Empat TKP
Sejarah panjang tradisi kolak ayam di Desa Gumeno menjadikannya salah satu warisan budaya yang patut dilestarikan. Di tengah perkembangan zaman, warga setempat tetap menjaga dan meneruskan ritual ini sebagai bagian dari identitas budaya mereka.
Tradisi ini juga menarik perhatian banyak orang di luar Desa Gumeno. Beberapa wisatawan dan pecinta kuliner sengaja datang untuk menyaksikan langsung proses pembuatan dan merasakan keunikan rasa kolak ayam yang tidak ditemukan di tempat lain.
Dengan eksistensinya yang telah mencapai 500 tahun, kolak ayam khas Gumeno bukan hanya sekadar kuliner, tetapi juga menjadi bukti bahwa kearifan lokal dapat terus hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat modern. Harapannya, generasi mendatang akan tetap melestarikan tradisi ini sehingga tidak tergerus oleh zaman.
Editor : A. Ramadhan