SURABAYA - PLN Nusantara Power meluncurkan inovasi rumah tahan gempa yang berbahan baku limbah debu Fly Ash Bottom Ash (FABA). Rumah tahan gempa yang disebut BIMA atau Bangunan Instan Modular Sederhana ini menggandeng Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
BIMA menjadi inovasi yang solutif dan berperan penting dalam mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi pengolahan limbah di lingkungan PLN, serta memberikan keterampilan pada masyarakat untuk menaikkan tingkat ekonomi.
Untuk tahap pertama adalah pelatihan pembuatan struktur bangunan kepada masyarakat di sekitar wilayah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton di Probolinggo.
Pelatihan ini dipimpin langsung oleh ketua peneliti, Dr. Yuyun Tajunnisa, yakni Kepala Laboratorium Material dan Struktur Bangunan Departemen Teknik Sipil Fakultas Vokasi ITS, serta didampingi Senior Manager PLTU Paiton, Agus Prastyo Utomo dan Manager Business Support PT PLN Nusantara Power Up Paiton, Sukarno.
Baca Juga : Gandeng ITS, PLN Nusantara Power Siapkan Rumah Tahan Gempa
Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah mengatakan komitmen perusahaan dalam mengelola dan mengolah FABA sekaligus sebagai upaya menjaga lingkungan.
Menurutnya, FABA dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat, UMKM hingga instansi karena FABA dikategorikan sebagai limbah yang tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3).
"PLN NP terbuka kepada masyarakat yang ingin ikut serta memanfaatkan FABA ini. FABA sendiri bukanlah limbah B3 sehingga dapat diolah dan memberikan banyak manfaat, salah satunya melalui kerja sama dengan ITS pembangungan rumah tahan gempa BIMA tersebut," kata Ruly.
Baca Juga : PLN Nusantara Power Pasok 60 Ribu Ton FABA Bangun Infrastruktur Ibu Kota Negara
Berdasarkan data, selama tahun 2022, PLTU Paiton menghasilkan FABA sebesar 208.368 ton. Sedangkan kebutuhan untuk membuat rumah tahan gempa ini mencapai 4.400 kg FABA. FABA sendiri dapat diolah menjadi paving, batako, hingga pengecoran jalan desa.
Sementara itu, Manager Senior Transfer Teknologi Office, Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi ITS, Ary Bachtiar menjelaskan, inovasi ini menjadi terobosan cerdas dalam pengelolaan debu hasil limbah PLN. Inovasi BIMA ini memainkan peran penting dalam mengurangi limbah serta meningkatkan efisiensi pengolahan limbah di lingkungan PLN.
“Melalui pelatihan ini, nantinya masyarakat dapat mengembangkannya sendiri, sehingga membuka peluang dalam meningkatkan perekonomian secara berkelanjutan," ungkap dosen Teknik Mesin ITS itu.
Baca Juga : PLN Nusantara Power Sukses Kurangi 17 Juta Ton Emisi CO2
Untuk diketahui, FABA adalah material sisa dari proses pembakaran batu bara. Secara fisik, FABA berbentuk seperti debu halus yang mirip dengan abu dari gunung berapi. Perbedaannya terletak pada tingkat kehalusan, tekstur FABA sedikit lebih halus jika dibandingkan dengan abu vulkanik.
Sedangkan perbedaan antara fly ash dan bottom ash terletak pada ukuran dan karakteristiknya. Walaupun keduanya berasal dari hasil proses pembakaran batu bara, tetapi bottom ash memiliki ukuran yang lebih besar daripada fly ash yang berukuran lebih halus, sehingga bottom ash disebut sebagai abu yang “terendapkan” dan fly ash disebut sebagai abu terbang. (Selvi Wang)
Editor : M Fakhrurrozi