Benarkah self harm dapat menenangkan hati? atau justru perlahan bunuh diri? Mari kenali self harm lebih dalam, mulai dari penyebab, ciri-ciri, dan upaya mencegah self harm pada diri kita.
Self harm adalah perilaku seseorang untuk melukai diri sendiri dengan berbagai cara, tanpa memandang ada atau tidak niatan untuk mati. Perilaku ini berbeda dengan gangguan jiwa, self harm biasanya terjadi pada seseorang yang tidak mampu menghadapi stress dan memilih untuk menyakiti dirinya sebagai bentuk pelampiasan.
Penyebab
Perilaku self harm secara umum disebabkan oleh beberapa faktor, bahkan hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
1. Riwayat Trauma
Setiap orang pasti memiliki trauma masing-masing dalam kehidupannya. Orang yang memiliki trauma secara psikologis lebih rentan melakukan self harm. Kondisi ini muncul saat seseorang kehilangan orang tersayang, menjadi korban kekerasan secara fisik atau emosional, dan lainnya. hal ini membuat seseorang merasa kesepian dan rendah diri, sehingga melampiaskannya dengan cara yang tidak benar.
2. Masalah Sosial
Penyebab lain dari perilaku ini yaitu saat seseorang menjadi korban perundungan, berada dalam kesulitan tertentu, perasaan bersalah, dan sebagainya. Hal ini biasanya sering dialami oleh anak-anak dan remaja. Karena itu, orang tua harus waspada terhadap lingkungan anak.
3. Gangguan Mental
Masalah kesehatan mental seperti depresi, gangguan mood, hingga gangguan kepribadian ambang menjadi faktor yang menyebabkan seseorang melakukan self harm.
Ciri-ciri
Perilaku ini sering dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sehingga sulit dikenali. Akan tetapi, kalian juga bisa bercermin, apakah kalian pernah melakukan self harm pada diri kalian, tetapi kalian tidak menyadarinya ?. Inilah ciri-ciri dari self harm yang perlu kamu ketahui
1. Kehilangan motivasi
Secara psikologis, orang yang rentan melakukan self harm biasanya tidak memiliki motivasi dalam dirinya, tidak memiliki impian atau target dalam hidup, dan kehilangan rasa percaya diri.
2. Anti sosial
Seseorang yang menarik diri dari lingkungan atau kehidupan sosial perlu diperhatikan. Biasanya mereka lebih suka menghabiskan waktu sendirian, menutup diri, mudah tersinggung, dan perasan cemas yang berlarut-larut.
3. Melukai diri sendiri
Orang yang sudah melakukan self harm biasanya memiliki bekas luka, goresan, atau memar di bagian tubuhnya. Umumnya, mereka melakukan self harm dengan membuat goresan menggunakan silet, mencakar tubuhnya, membenturkan kepala ke dinding. Luka ini dilakukan secara sengaja untuk melampiaskan perasaannya. Bagi mereka, ada kepuasan tersendiri ketika melakukan hal tersebut.
Upaya Pencegahan
Self harm dapat dicegah sedari dini, hal ini dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain;
1. Mengelola Emosi
Emosi adalah hal yang tidak bisa kita hindari dari kehidupan. Akan tetapi, penting bagi seseorang memiliki kemampuan untuk menyalurkan emosi yang dirasakan agar tidak menyebabkan stres atau depresi. Hal itu bisa dilakukan apabila seseorang sudah mengenali dirinya dengan baik. Jika kalian merasa stres atau emosi akan sesuatu salurkan melalui olahraga, meditasi, atau melakukan hobi yang kamu suka.
2. Menghindari Pemicu
Biasanya pemicu utama dari self harm berasal dari lingkungan. Membngun hubungan sehat bersama keluarga dan teman sangat penting agar kita mendapatkan dukungan sosial yang positif. Jauhi lingkungan pertemanan yang kamu anggap toxic dan jauhkan diri dari situasi yang memicu keinginan melukai diri.
3. Berkonsultasi
Jangan ragu untuk berkonsultasi kepada psikiater, konsultasi bukan berarti kamu mengalami gangguan kejiwaan. Akan tetapi, ini menjadi cara agar kamu terhindar dari masalah gangguan psikologis. Ini juga bisa kalian lakukan dengan cara bercerita dengan keluarga atau teman yang bisa kamu percaya. Jangan pendam perasaan atau pikiran yang dapat membebanimu.
Itulah beberapa penjelasan mengenai self harm yang harus kamu ketahui. Sebagai manusia alangkah baiknya kita selalu bersyukur dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jika kalian merasakan hal tersebut atau kerabat terdekat kalian memperlihatkan ciri-ciri di atas, disarankan untuk melakukan konsultasi ke psikiater untuk mencari tau penyebab utama dan mendapatkan perawatan.
Editor : M Fakhrurrozi