Menu
Pencarian

Tradisi Mepe Kasur Adat Osing di Desa Kemiren

JTV Banyuwangi - Kamis, 29 Mei 2025 20:52
Tradisi Mepe Kasur Adat Osing di Desa Kemiren
Desa Kemiren di Banyuwangi melestarikan tradisi mepe kasur, yaitu menjemur kasur adat Osing berwarna merah dan hitam

GLAGAH - Desa Kemiren, yang terletak di Kecamatan Glagah, Banyuwangi, tak pernah kehabisan cara untuk menjaga warisan leluhurnya. Salah satu tradisi unik yang masih lestari hingga kini adalah mepe kasur, yakni menjemur kasur adat Osing berwarna merah dan hitam di depan rumah warga. Tradisi ini bukan sekadar ritual tahunan, tapi menyimpan makna mendalam tentang kebersihan, harapan, dan identitas budaya.

Tokoh adat masyarakat Kemiren, Haidi Bing Slamet, menjelaskan bahwa kasur berwarna merah-hitam tersebut memiliki filosofi kuat. "Saat anak menikah, orang tua akan membawakan kasur merah hitam. Warna hitam melambangkan kelanggengan atau harapan agar hubungan mereka langgeng, sementara merah melambangkan semangat dalam membangun rumah tangga," ujar Haidi.

Uniknya, hampir seluruh warga Desa Kemiren memiliki kasur dengan motif dan warna yang sama. Hal ini mencerminkan kesatuan identitas kultural yang kuat. "Hanya di Kemiren satu kampung bisa punya kasur yang sama. Ini karena basic-nya tradisi bersih desa. Mepe kasur adalah visualisasi dari pembersihan paling dalam — ini be da privat, atau pembersihan dari dalam rumah dan hati," lanjutnya.

Saat perayaan tradisi ini, kasur-kasur dijemur berjajar di pinggir jalan desa. Tahun ini, tercatat ada sekitar 360 kasur yang dijemur, meski jumlah sebenarnya bisa lebih banyak karena banyak rumah warga berada di gang-gang kecil dan tidak langsung menghadap jalan utama.

Tradisi bersih desa ini dahulu juga menjadi momen bagi masyarakat untuk memberi apresiasi kepada kepala desa. "Dulu setiap tahun warga patungan untuk memberikan ‘pancen’ kepada kepala desa. Namun kini dialihkan dalam bentuk selamatan bersama yang dilakukan di depan rumah masing-masing," jelas Haidi.

Tradisi itu kemudian berkembang menjadi Tumpeng Sewu, yaitu perayaan syukuran dengan menyajikan ribuan tumpeng. "Kita kemas dengan tumpeng sewu karena sebenarnya lebih dari itu. Di Kemiren ada sekitar 1.200 KK, kalau tiap rumah minimal buat dua tumpeng, bisa lebih dari dua ribu. Ayam kampung yang digunakan pun mencapai 5.000 ekor," ungkapnya.

Handoko Khusumo

Editor : JTV Banyuwangi






Berita Lain



Berlangganan Newsletter

Berlangganan untuk mendapatkan berita-berita menarik dari PortalJTV.Com.

    Cek di folder inbox atau folder spam. Berhenti berlangganan kapan saja.