JOMBANG - Warga Dusun Banjar Sari, Desa Bareng, Kabupaten Jombang, memiliki tradisi unik yang diwariskan secara turun-temurun untuk menolak ancaman petir di awal musim penghujan. Tradisi ini disebut Clorotan, sebuah ritual berupa bancakan atau makan bersama di makam leluhur desa dengan menggunakan aneka jajanan tradisional seperti clorot, busung, hingga brondongan sebagai simbol doa perlindungan.
Setiap memasuki musim tanam padi, puluhan petani dan warga membawa ambeng berisi jajanan tradisional ke makam sesepuh desa. Mereka berjalan menyusuri sela-sela makam dan sungai kecil, membawa harapan agar musim tanam berjalan lancar tanpa musibah.
Mbah Lawi, seorang sesepuh desa, menjelaskan bahwa tradisi ini sudah berlangsung sejak tahun 1951.
"Sejak tahun 1951 itu sudah berjalan. Waktu itu saya masih sekolah SD sudah bisa mengikuti jejak-jejak Pak Kastojoyo memerintahkan wilayah Ngrikitu disuruh membuat clorot. Clorot itu untuk penangkal kalau ada petir ditolak busung daun nangka tadi, lebih gampangnya agar petani kita selamat di sawah maupun ladang," ujarnya.
Jajanan tradisional yang digunakan dalam ritual ini memiliki makna mendalam. Kue clorot, yang terbuat dari tepung beras dan dibungkus janur kuning, melambangkan kesederhanaan dan kelestarian.
Busung, berbahan dasar tepung beras dengan isi buah nangka, dibungkus daun nangka sebagai simbol perlindungan. Sementara brondongan, berupa beras ketan yang digoreng, melambangkan kemakmuran.
Setelah doa bersama dipanjatkan, seluruh jajanan dimakan bersama-sama di makam desa. Sebagian jajanan ditukar antarsesama warga dan dibawa pulang sebagai berkah. Ritual ini menjadi momen kebersamaan sekaligus pengingat pentingnya menjaga tradisi dan budaya lokal di tengah modernisasi.
Tradisi Clorotan bukan sekadar ritual spiritual, tetapi juga sebuah warisan budaya yang terus dirawat oleh masyarakat Desa Bareng. Dengan melibatkan generasi muda, tradisi ini diharapkan dapat bertahan hingga masa depan, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Jombang. (Saiful Mualimin/Dhelfia Ayu)
Editor : Iwan Iwe