TULUNGAGUNG - Bagi Para Petani Tembakau di Desa Gempolan, Kecamatan Pakel, Tulungagung, musim panen Tahun 2024 ini, mengolah hasil panen sendiri dinilai lebih menguntungkan dibanding menjual Daun Tembakau Basah. Salah satu produk pengolahan Tembakau yang banyak diminati, adalah Tembakau Pilesan.
Slamet Petani Tembakau mengatakan untuk menghasilkan Tembakau Pilesan yang berkualitas, Daun Tembakau setelah di panen lalu diperam selama 3 hari. Selanjutnya, Daun Tembakau dirajang atau di iris tipis tipis. Setelah dirajang, Tembakau akan melalui proses piles atau diinjak-injak. Setelah dipiles, tembaku kemudian dijemur di atas anyaman bambu. Jika cuaca panas sepanjang hari, proses pengeringan Tembakau Pilesan membutuhkan waktu dua hari.
“Untuk kendala, bila ada musim hujan proses pengeringan memakan waktu lebilh lama,” kata Slamet Petani Tembakau.
Lebih lanjut, ia menjelaskan proses yang membedakan dengan pengolahan Tembakau biasa, pada saat kering Tembakau Pilesan akan berwarna coklat kehitaman. Pada saat penjemuran, tembakau akan disemprot menggunakan air gula. Hal tersebut bertujuan agar warna Tembakau menjadi lebih menarik dan mengkilap. Tembakau Pilesan dari Desa Gempolan banyak dicari para Pedagang Tembakau dari Daerah Jawa Tengah.
Baca Juga : Lapas Tulungagung Terima Dua Napiter, Ditempatkan di Ruang Khusus untuk Pembinaan
“Untuk saat ini Tembakau kering diambil Tengkulak dari Jawa Tengah, dari Kota Salatiga, Solo, Boyolali. Untuk saya setiap 2 hari sekali itu 3,5 Kuintal sampai 4 Kuintal daun kering, untuk daunnya sekitar 2,1 Ton bila kering menjadi 3,5 Kuintal, rendemennya termasuk sedang,” tambahnya.
Slamet menambahkan, harga Tembakau di tahun 2024 ini mengalami penurunan dibanding tahun lalu.
“Pada masa panen tahun 2023 lalu harga Tembakau Pilesan kering mencapai harga 100 Ribu Rupiah Per Kilogram, pada masa panen kali ini harga berada di kisaran 60 hingga 65 Ribu Rupiah Per Kilogram,” pungkasnya. ( Agus Bondan )
Editor : JTV Kediri