Menu
Pencarian

Skrining Sehari, Sehat Bertahun? Menguji Logika Birthday Check-Up

Supangat - Rabu, 15 Oktober 2025 16:30
Skrining Sehari, Sehat Bertahun? Menguji Logika Birthday Check-Up
Supangat, Ph.D., ITIL., COBIT., CLA., CISA. (Foto: Dok)

SURABAYA - Dalam beberapa tahun terakhir, wacana Birthday Check-Up atau pemeriksaan kesehatan rutin setiap ulang tahun mulai banyak dibicarakan di berbagai kalangan.

Gagasan ini sederhana tapi kuat, sehingga menjadikan hari ulang tahun sebagai momen refleksi sekaligus evaluasi kesehatan diri. Setiap orang diingatkan untuk tidak hanya merayakan usia baru, tetapi juga memastikan tubuhnya tetap sehat untuk melangkah ke tahun berikutnya.

Gagasan ini menarik karena mengajak masyarakat untuk lebih sadar menjaga kesehatan sejak dini, bukan hanya bertindak setelah sakit. Namun, sebagai akademisi sekaligus pengelola institusi pendidikan, saya memandang bahwa penerapan konsep Birthday Check-Up di Indonesia masih perlu dikaji lebih mendalam, baik dari sisi sosial, ekonomi, maupun perilaku masyarakat.

Siapkah Masyarakat Menjadikan Kebiasaan?

Baca Juga :   Profil Sumiati, Warek III Untag Surabaya yang Sukses Antar Krisdayanti ke Senayan

Pertanyaan utamanya bukan sekadar apakah Birthday Check-Up bermanfaat, tetapi apakah masyarakat kita siap menjadikannya bagian dari budaya hidup sehat.

Kesadaran untuk memeriksakan diri secara rutin masih perlu dibangun. Banyak orang yang baru datang ke fasilitas kesehatan ketika gejalanya sudah parah, bukan untuk mencegah sejak awal.

Perubahan pola pikir dari “menyembuhkan” menjadi “menjaga” tidak bisa terjadi begitu saja. Di sinilah pendidikan kesehatan publik dan literasi digital memiliki peran penting. Kampus, sekolah, dan media dapat menjadi jembatan untuk menumbuhkan kebiasaan baru ini, dengan pendekatan yang lebih membumi dan sesuai dengan konteks sosial masyarakat Indonesia.

Baca Juga :   Juicy Luicy hingga Aci Resti Meriahkan Untag Surabaya Expo 2025

Menakar Efektivitas Program dan Dukungan Pemerintah

Keberlanjutan program kesehatan sangat bergantung pada efektivitas biaya. Dari sisi kebijakan publik, konsep seperti Birthday Check-Up perlu diuji efisiensi ekonominya. Apakah pemeriksaan tahunan untuk semua usia lebih efektif dibandingkan skrining berbasis risiko tertentu?

Dalam konteks nasional, pemerintah melalui program Quick Win Presiden Republik Indonesia, Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) tengah berupaya menghadirkan layanan kesehatan secara lebih luas dan merata. Program ini merupakan langkah nyata menuju paradigma kesehatan baru yaitu dari berobat setelah sakit menjadi menjaga agar tidak sakit.

Baca Juga :   Usia Baru 25 Tahun, Yuni Putri Dewantara Raih Gelar Doktor Predikat Cumlaude

Namun, efektivitasnya tetap perlu dikawal. Apakah fasilitas kesehatan daerah siap melayani peningkatan jumlah peserta pemeriksaan? Apakah data hasil pemeriksaan terkelola dengan baik untuk digunakan dalam perencanaan kebijakan kesehatan selanjutnya? Pertanyaan-pertanyaan ini penting agar program tidak hanya menjadi kegiatan seremonial, tetapi benar-benar memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat.

Bagi masyarakat berpenghasilan terbatas, biaya check-up tahunan bisa terasa berat, meskipun dalam jangka panjang sebenarnya bisa menghemat biaya pengobatan. Karena itu, skema subsidi, asuransi, atau insentif pajak kesehatan dapat menjadi solusi, asal dirancang dengan cermat agar tidak membebani sistem kesehatan nasional.

Di sisi lain, perguruan tinggi termasuk Untag Surabaya, memiliki peluang besar untuk berperan sebagai mitra riset dalam memetakan perilaku masyarakat dan menilai efektivitas ekonomi dari pendekatan semacam ini. Kampus dapat menjadi ruang bagi penelitian kebijakan yang berorientasi pada solusi nyata, berbasis data, dan relevan dengan kebutuhan publik.

Baca Juga :   Profil Harjo Seputro, Anak Penjual Ikan Asin yang Jabat Wakil Rektor I Untag Surabaya

Ekosistem Kesehatan yang Lebih Cerdas

Konsep seperti Birthday Check-Up sejalan dengan semangat digitalisasi dan smart healthcare. Dengan dukungan teknologi, pemeriksaan kesehatan rutin bisa menjadi lebih efisien dan terintegrasi, mulai dari pencatatan riwayat kesehatan digital, pengingat jadwal pemeriksaan, hingga analisis risiko berbasis data.

Kita membayangkan masa depan di mana setiap warga memiliki health profile yang bisa diakses secara aman, sehingga pemeriksaan tahunan bukan lagi sekadar formalitas, melainkan bagian dari sistem kesehatan yang berkelanjutan dan berbasis bukti.

Baca Juga :   Maba Untag Surabaya Pecahkan Rekor MURI Komik Patriotisme Berbasis AI

Untuk menuju ke sana, kolaborasi lintas sektor sangat dibutuhkan. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan, tenaga medis sebagai pelaksana, perguruan tinggi sebagai penghasil riset dan inovasi, serta masyarakat sebagai pelaku utama perubahan perilaku sehat.

Menjadikan Ulang Tahun Lebih Bermakna

Pada akhirnya, Birthday Check-Up bukan hanya tentang pemeriksaan kesehatan tahunan, tetapi tentang perubahan cara pandang terhadap hidup sehat. Jika setiap ulang tahun dijadikan momentum untuk mengevaluasi kondisi fisik dan mental, maka usia bukan lagi sekadar angka, melainkan cermin kualitas hidup yang terjaga.

Pemerintah sudah mengambil langkah awal melalui program PKG. Tantangannya kini adalah bagaimana membuat masyarakat merasa memiliki program tersebut, serta menjadikannya kebiasaan yang berkelanjutan.

Mungkin sudah saatnya kita menambahkan satu tradisi baru dalam perayaan ulang tahun: bukan hanya meniup lilin dan memotong kue, tetapi juga memeriksakan kesehatan sebagai bentuk syukur atas kesempatan hidup yang terus berlanjut.

*) Supangat, Ph.D., ITIL., COBIT., CLA., CISA, Wakil Rektor II Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya

Editor : M Fakhrurrozi





Berita Lain



Berlangganan Newsletter

Berlangganan untuk mendapatkan berita-berita menarik dari PortalJTV.Com.

    Cek di folder inbox atau folder spam. Berhenti berlangganan kapan saja.