CEPU - Pemberdayaan perempuan di desa tidak selalu membutuhkan panggung besar. Kadang, cukup sebuah ruang sederhana, kompor batik, dan kesempatan untuk berkembang. Hal inilah yang dirasakan kelompok Batik Sekar Rinambat, komunitas perajin batik yang sejak 2016 tumbuh menjadi motor ekonomi bagi ibu rumah tangga di sekitar wilayah proyek Jambaran Tiung Biru (JTB).
Kelompok ini lahir dari program pelatihan batik yang diinisiasi Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12. Melalui pelatihan tersebut, para peserta mendapat modal awal berupa peralatan produksi dan bahan baku, sehingga mampu memulai usaha batik secara mandiri.
Setiap hari, sedikitnya 30 perempuan berkegiatan di bawah kepemimpinan Tri Astutik, Ketua Kelompok Batik Sekar Rinambat. Mereka rutin memproduksi berbagai motif batik dan melayani pesanan khusus dari instansi pemerintah maupun pihak swasta. Menurut Astutik, omzet kelompoknya kini berada di kisaran Rp15 juta hingga Rp25 juta per bulan.
Aktivitas membatik tidak hanya menjadi ruang kreativitas bagi para ibu rumah tangga, tetapi juga membuka sumber penghasilan baru yang berdampak signifikan bagi ekonomi keluarga. Bahkan, workshop mereka kerap menjadi tujuan study tour pelajar untuk belajar tentang proses membatik. “Selain produksi, tempat ini juga jadi ruang edukasi,” ungkapnya.
Dampak ekonomi kelompok ini semakin terlihat melalui hasil monitoring dan evaluasi (Monev) Program UMKM Bolo JTB binaan PEPC Zona 12. Dalam empat hari gelaran Bojonegoro Wonderful Batik Festival (BWBF) 2025, Batik Sekar Rinambat membukukan penjualan hingga Rp26 juta.
Dukungan pelatihan, peralatan, hingga perluasan akses pasar dari PEPC Zona 12 memberikan ruang tumbuh yang lebih besar bagi usaha lokal. Di balik selembar batik Sekar Rinambat, tersimpan kisah tentang perempuan-perempuan desa yang ekonominya terangkat berkat kesempatan dan pendampingan yang tepat.
Editor : Iwan Iwe


















