Kualitas wakil rakyat di DPRD Pacitan periode 2024-2029 sangat ditentukan oleh partai politik peserta Pemilu nanti. Mengingat, pihak partai menentukan siapa bakal calon anggota legislatif (bacaleg) yang akan direkrut dan didaftarkan di KPU setempat pada 2-14 Mei ini. Akademisi sekaligus pengamat publik dari STKIP PGRI Pacitan Mukodi mengingatkan agar semua partai mengutamakan kualitas dan kompetensi dalam memilih bacaleg untuk bertarung di pileg tahun depan. ''Karena saat ini, perpolitikan di Indonesia secara umum memang cenderung pragmatis,'' kata Mukodi (4/5/23).
Mukodi menjelaskan barometer yang digunakan partai untuk menentukan bacaleg yang direkrut umumnya didasarkan pada elektabilitas, popularitas dan kapitalitas atau kemampuan finansial. Hal itu merupakan common sense mengingat goal dari semuanya adalah keterpilihan calon. Namun, kata dia, partai tidak boleh mengesampingkan modal yang lebih penting menurutnya yakni intelektualitas. ''Modal kapasitas intelektual, kompeten atau tidak, itu harusnya jadi penentu sosok ini layak dijadikan caleg atau tidak,'' ungkapnya.
Meskipun, lanjut Mukodi, partai pasti sudah memiliki ukuran dan kriteria tertentu. Termasuk cara pandang yang berbeda dengan idealitas masyarakat. Biasanya, partai pasti bakal mencalonkan incumben atau yang sebelumnya sudah terpilih. Lantaran dianggap punya modal kuat dari sisi elektabilitas maupun finansial. Selain itu, kepopuleran juga menjadi incaran elite politik untuk mengisi kader mereka. ''Sekalipun orang tersebut secara kompetensi kurang,'' ujarnya.
Menurut Mukodi, jika partai memilih bacaleg dengan kriteria yang tepat bakal berpengaruh pada kinerja dewan periode berikutnya. Bacaleg dengan modal kompeten cukup diharapkan lebih kritis terhadap kebijakan yang dilahirkan pemerintah. Pun ketika membuat produk peraturan daerah, juga lebih baik dan tepat sasaran. Karena mereka selain memiliki intelektualitas yang cukup juga mampu menumbuhkembangkan kedekatan dengan masyarakat. ''Harapan kita, masyarakat bisa memilih wakil yang berkapasitas, berdedikasi dan punya keberpihakan terhadap rakyat. Semua itu ada pada modal intelektualitas tadi,'' terangnya.
Lalu, bagaimana di Pacitan? Menurut Ketua STKIP PGRI Pacitan dan Ketua Ikatan Sarjana NU (ISNU) Pacitan tersebut sejauh ini sudah cukup baik. Termasuk wakil rakyat di DPRD setempat hasil pileg 2019 lalu. Namun, dia menilai untuk kedepannya harus lebih baik. Bukan sebaliknya, mengalami kemunduran lantaran partai hanya mengejar politik pragmatis. Karena itu dia sangat berharap modal intelektual itu jadi ukuran utama partai dalam menentukan siapa bacaleg yang direkrut. ''Agar ketika terpilih nanti mereka benar-benar bisa mewakili dan membawa aspirasi masyarakat Pacitan,'' pungkasnya.
Reporter:Edwin Adji
Editor: Vita Ningrum