Menu
Pencarian

Review Pengepungan di Bukit Duri: Jadi Film Terbaik Karya Joko Anwar?

Sintia Nur Affianti - Jumat, 2 Mei 2025 10:45
Review Pengepungan di Bukit Duri: Jadi Film Terbaik Karya Joko Anwar?
Review film Pengepungan di Bukit Duri karya Joko Anwar. (Foto: X./jokoanwar)

Joko Anwar kembali hadir dengan film terbarunya, Pengepungan di Bukit Duri, yang telah berhasil meraih satu juta penonton hanya dalam dua pekan penayangan per Jumat (2/5/2025).

Dengan latar cerita yang intens, isu-isu sosial yang diangkat, dan tensi dramatis yang konsisten, tak sedikit yang menyebut film ini sebagai kandidat terkuat untuk menjadi karya terbaik Joko anwar.

Namun, di balik kesuksesan film Pengepungan di Bukit Duri, muncul pula sejumlah kritik yang menyebut film ini ambisius, tetapi tak sepenuhnya berhasil.

Film ini mengikuti perjalanan Edwin (Morgan Oey) seorang guru penganti keturunan etnis Tionghoa di SMA Bukit Duri, sekolah tempat anak-anak bermasalah dikumpulkan, yang menerima misi dari kakaknya sebelum meninggal untuk mencari keponakannya yang hilang.

Baca Juga :   Film Final Destination: Bloodlines Akan Tayang 16 Mei 2025, Sekuel setelah 14 Tahun

Di tengah upayanya menemukan sang keponakan, Edwin harus berhadapan dengan murid-murid nakal yang penuh konflik.

Ketika kerusuhan melanda kota, Edwin justru terjebak di dalam sekolah–menghadapi ancaman dari para siswa yang berubah menjadi sosok brutal.

Dengan kompleksitas cerita yang disampaikan dalam Pengepungan di Bukit Duri, setidaknya terdapat empat fakta menarik yang bisa didiskusikan dari film ini.

Baca Juga :   4 Alasan Kamu Wajib Nonton Ne Zha 2 di Bioskop Indonesia, Film Animasi Menarik!

1. Mengangkat isu diskriminasi ras Tionghoa

Salah satu kekuatan film ini adalah keberaniannya mengangkat isu diskriminasi ras Tionghoa, yang terasa dalam adegan-adegan tertentu. Ini menjadi angin segar di tengah film Indonesia yang jarang menyentuh isu sensitif secara langsung.

2. Sorotan terhadap ketimpangan sistem pendidikan

Baca Juga :   Film Rumah untuk Alie, Kisahkan Perjuangan Anak Lawan Perundungan dalam Keluarga Sendiri

Film ini juga memberi sorotan pada ketimpangan sistem pendidikan. SMA Bukit Duri digambarkan sebagai “sekolah buangan,” yang secara implisit mengkritik bagaimana masyarakat dan institusi memandang siswa dari latar belakang mereka.

Namun, kritik ini terasa belum tuntas karena tidak disertai dengan sudut pandang yang lebih mendalam dari pihak siswa sendiri.

3. Dilema seorang pendidik

Baca Juga :   Sinopsis Film Mendadak Dangdut, Perjalanan Anya Geraldine Menjadi Biduan Dangdut

Karakter Edwin sebagai guru cenderung menimbulkan dilema. Ia tidak menunjukkan peran sebagai pendidik yang bijak, bahkan melontarkan komentar menyudutkan kepada Jefri (siswanya) yang kurang lebih begini,

"Pantesan di sekolah begini, pasti di rumah nggak dapat perhatian. Jadi beban orang tua,” ujar Edwin dalam salah satu dialognya.

Meskipun ini dapat dipahami sebagai bagian dari konflik internal karakter, tetap saja akan menimbulkan perdebatan mengenai bagaimana guru digambarkan.

Baca Juga :   Review Mickey 17: Karya Terbaru Bong Joon Ho setelah Parasite, Sajikan Fiksi Ilmiah yang Menggigit!

4. Adanya unsur emansipasi perempuan

Unsur emansipasi perempuan turut dimunculkan melalui karakter Bu Diana yang menegur Edwin dengan tajam.

"Kamu bukan salah satu laki-laki dari masa lalu yang menganggap perempuan nggak bisa handle hal sulit, kan?” salah satu adegan dari Bu Diana.

Meski hanya sepotong adegan, dialog ini berhasil menunjukkan upaya film dalam memasukkan perspektif perempuan di tengah dunia yang keras dan maskulin.

Secara teknis, film ini tampil memukau. Sinematografi yang mencekam, tata suara yang mendukung suasana, dan penyutradaraan yang konsisten membuat Pengepungan di Bukit Duri terasa sangat sinematik. 

Ketegangan dibangun dengan rapi dari awal hingga akhir, dan intensitas emosionalnya membuat penonton tetap terpaku pada layar.

Meski belum tentu sempurna dalam menyampaikan semua isu yang diangkat, film ini menunjukkan keberanian Joko Anwar dalam bereksperimen dengan genre dan gagasan besar. 

Dibandingkan dengan karya-karya sebelumnya, film ini tampil lebih kompleks, lebih gelap, dan lebih politis.

Apakah Pengepungan di Bukit Duri jadi film terbaik Joko Anwar? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak–tergantung dari sisi mana penonton memandang. 

Namun, ada satu hal pasti: Pengepungan di Bukit Duri adalah karya yang tak bisa diabaikan, dan layak masuk dalam daftar film Indonesia paling berani dalam satu dekade terakhir.

Editor : Khasan Rochmad





Berita Lain



Berlangganan Newsletter

Berlangganan untuk mendapatkan berita-berita menarik dari PortalJTV.Com.

    Cek di folder inbox atau folder spam. Berhenti berlangganan kapan saja.