KOTA MADIUN - Puluhan pelaku usaha kecil seperti pedagang asongan, agen tiket, hingga tukang ojek mendatangi Terminal Tipe A Purboyo, Kota Madiun, untuk menyampaikan keluhan terhadap fasilitas dan kebijakan terminal yang dinilai menyulitkan mereka dalam mencari nafkah.
Mereka menilai minimnya fasilitas dan keterbatasan ruang usaha menjadi penghambat dalam aktivitas sehari-hari. Keluhan tersebut sebelumnya telah ramai di media sosial dan mendapat perhatian dari pimpinan terminal hingga ke tingkat pusat.
“Simpul-simpul pelayanan yang ada masih belum optimal dan belum berpihak pada pelaku usaha yang selama ini menggantungkan hidup di terminal,” ujar Imron Haryadi, Wasatpel Terminal Tipe A Purboyo.
Dalam pertemuan terbuka antara pengelola dan komunitas terminal, disepakati 13 poin kesepakatan yang akan dituangkan dalam bentuk produk hukum bersama Paguyupan Terminal Purboyo.
Salah satu poin penting, menurut Suparjo, agen bus yang turut hadir dalam pertemuan, adalah pengoptimalan layanan terminal selama 24 jam, serta permintaan ruang khusus agen yang nyaman, seperti yang diterapkan di Terminal Kertonegoro.
“Setiap bulan kami bayar Rp200 ribu, setahun Rp2,4 juta. Sudah seharusnya kami mendapat ruang tunggu ber-AC dan layak untuk melayani penumpang,” tegas Suparjo.
Sebagai langkah awal, pagar pembatas di area cuci bus belakang terminal telah dibuka kembali. Hal ini dilakukan agar kios-kios di luar pagar yang selama ini sepi dapat kembali hidup dan mempermudah akses bagi penumpang dan kru bus membeli makanan atau jajanan.
Dialog terbuka ini menjadi bentuk kolaborasi antara pengelola dan pelaku usaha untuk menjadikan Terminal Purboyo lebih nyaman, inklusif, dan berdaya guna bagi masyarakat.
Editor : JTV Madiun