Tentunya tidak terbayangkan oleh kita bagaimana rasanya hidup didunia distopia. Dunia ini dihuni oleh masyarakat, orang-orang, dan berbagai elemen didalamnya telah dicuci otak.
Duni ini berisi doktrin-doktrin yang dikeluarkan oleh pemerintah yang bersifat otoritarian, anti-kritik, dan rela merusak dan merobek konsep realitas hanya untuk kepentingan partai.
Winston Smith, tokoh utama dalam buku ini menjalani hidupnya seperti biasa dengan melakukan pekerjaannya di Departemen Kebenaran. Sebuah tempat dimana sejarah diputarbalikkan, informasi-informasi dipalsukan, dan opini-opini digiring.
Tujuannya hanya satu, yaitu untuk kepentingan partai dan pemujaan terhadap sosok pemimpin yang sangat mereka segani sekaligus takuti, yaitu Bung Besar.
Realitas dari Bung Besar sendiri seharusnya patut dipertanyakan, apakah ia ada atau tidak. Banyak pamflet, poster, bahkan gambar yang ada didalam teleskrin menampilkan sosok Bung Besar yang menakutkan dan intimidatif.
Namun, itu hanya sekadar gambar dan tentunya bukan sosok yang sebenarnya. Masyarakat sudah telanjur menerima dan menelan mentah-mentah sosok Bung Besar itu.
Di belakang semua ini, tentu saja ada sebuah partai besar yang menjalankan roda pemerintahan, lebih tepatnya pemerintahan negara kesatuan Oceania.
Partai menjalankan pemerintahan dengan menggunakan prinsip Sosing (Sosialisme Inggris) atau dalam versi aslinya yaitu IngSoc. Dalam prinsip-prinsip ini tercakup berbagai hal, salah satunya adalah konsep pemikiran doublethink.
Konsep ini menyatakan bahwa kita harus menerima dua kebenaran yang bertentangan secara bersamaan. Sekali lagi, tujuannya agar kekuasaan partai tetap utuh dan tidak tergoyahkan.
Kembali lagi kepada Winston Smith, pada salah satu titik perjalanan ceritanya dia bertemu dengan seorang gadis yang jatuh cinta kepada dirinya yang bernama Julia.
Kisah romansa yang dihadirkan memberikan sebuah nuansa baru di tengah kekacauan Oceania kala itu. Seperti penyegar di tengah-tengah gurun pasir yang gersang ditambah dengan terpaan terik matahari.
Julia terpikat dengan Winston entah mengapa, tetapi yang jelas, Julia menaruh hati kepada pria itu. Ia pun mencoba untuk mengungkapkan perasaan cintanya lewat secarik kertas.
Hal tersebut tentunya menambah bumbu romansa dalam cerita ini semakin kuat. Hubungan antara Winston dan Julia terus berlanjut hingga akhirnya mereka berdua ditangkap oleh polisi pikiran.
Prinsip Sosing yang telah dibahas sebelumnya telah melahirkan “produk” konsumsi yang mau tidak mau, masyarakat harus menerimanya mentah-mentah dan tidak ada cara lain untuk menolaknya.
Polisi Pikiran adalah penjaga dan pembawa ketertiban, barangsiapa yang melakukan kejahatan pikiran terhadap partai, maka ia sudah jelas ditangkap atau bahkan “diuapkan” (namanya dihapus secara administratif seakan-akan realitasnya tidak pernah ada).
Karena masyarakat tidak ingin “diuapkan” maka jalan satu-satunya adalah mengikuti kehendak partai dan tidak melakukan sesuatu yang diluar kehendak partai.
Acara Dua Menit Benci adalah salah satu “produk” konsumsi yang diciptakan dari prinsip Sosing. Acara ini merupakan bentuk doktrin partai yang “dipaksakan” kepada masyarakat.
Jika ada orang yang tidak mau mengikutinya, maka dia akan dikirimkan ke Kementrian Cinta Kasih untuk “disembuhkan” pikirannya dari kejahatan pikiran.
Acara Dua Menit benci selain mengandung doktrin partai, terdapat sebuah tokoh yang bernama Emmanuel Goldstein yang merupakan “antagonis utama” dalam acara tersebut.
Masyarakat memaki, membenci, menghina, mengutuk, dan memberikan segala bentuk yang negatif kepada sosok pengkhianat ini. Mendoktrin masyarakat bahwa Partai selalu benar dan tidak pernah salah.
Jika anda ingin mengenal lebih dalam bagaimana kehidupan Winston, pola pikir doublethink, sejarah Oceania, dan hal-hal lainnya.
Bacalah buku karya George Orwell ini. Sebuah novel politik yang dibalut dengan alur cerita yang epik. Mengisahkan tentang betapa mengerikannya jika pemerintahan Otoritarian seperti Oceania ini jika memang benar-benar ada di dunia nyata.
Buku ini merupakan bentuk kritikan terhadap pemerintahan saat ini yang terkadang menjadi antikritik dan bersikap sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
Editor : Khasan Rochmad