SURABAYA - Persebaya Future Lab hadir dengan visi yang jelas: melahirkan generasi emas pemain sepak bola. Departemen baru yang dimulai musim 2024/2025 ini mengusung konsep kolaborasi erat antara stakeholder Persebaya, klub-klub internal ditambah kultur klub. Dengan sinergi ini, diharapkan dapat tercipta sistem pembinaan yang berkelanjutan dan menghasilkan pemain-pemain berkualitas tinggi.
Salah satu pilar penting dalam Persebaya Future Lab adalah pengembangan pelatih. Para pelatih dibagi menjadi beberapa tingkatan berdasarkan kompetensi dan pengalaman, yaitu pelatih utama untuk lisensi A dan B, pelatih madya C, dan pelatih pratama D. Seluruh pelatih akan menjalani proses assessment secara berkala untuk mengukur kemampuan dan potensi mereka.
Selain pelatih, pemain juga menjadi fokus utama. Semua mantan pemain muda dari berbagai kompetisi yang diikuti Persebaya telah menjalani assessment dan memulai program latihan intensif. Proses ini bertujuan untuk menetapkan standar yang tinggi sejak awal dan mengidentifikasi potensi setiap pemain.
“Sejak 1 Juli 2024, kami telah memulai serangkaian kegiatan intensif dalam rangka Persebaya Future Lab. Hari-hari kami diisi dengan berbagai pertemuan informal untuk membahas strategi dan pengembangan program,” ucap Coach Ganesha Putra, Kepala Persebaya Future Lab dalam diskusi Cangkrukan Malem Seloso (CMS) di Persebaya Store Kompleks, Senin (12/8) malam.
Setiap pukul 14.00 WIB, Coach Ganesha dan tim selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi langsung tim-tim internal di lapangan. Pada akhir pekan, mereka fokus mengamati pertandingan-pertandingan internal yang digelar di Lapangan Arhanud, Gedangan, Sidoarjo.
Setelah melalui proses pengumpulan data dan analisis yang cukup panjang, saat ini tim tengah menyusun temuan-temuan di lapangan.
“Rencananya, kami akan merumuskan sebuah program kolaborasi yang melibatkan semua klub internal. Program ini akan dibahas lebih lanjut dalam rangkaian pertemuan dan workshop yang akan kami selenggarakan,” lanjut mantan Wakil Presiden Persija itu.
Tahap selanjutnya, Persebaya Future Lab akan melakukan blusukan jilid kedua. Pada tahap ini, mereka akan mencoba menerapkan simulasi metode pelatihan yang paling sesuai untuk masing-masing klub internal berdasarkan hasil diskusi dan assessment sebelumnya. Proses ini akan menjadi semavcam uji coba untuk melihat sejauh mana efektifitas metode tersebut.
“Setelah itu, kami akan terus melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkala melalui blusukan jilid 3, 4, dan seterusnya.”
Tujuan akhir dari seluruh rangkaian kegiatan ini adalah merumuskan sebuah model pembinaan yang menjadi DNA Persebaya. Persebaya Future Lab ingin mendefinisikan secara jelas profil pemain yang ingin dicetak, serta metode latihan yang paling efektif. Semua hasil evaluasi dan simulasi akan dituangkan dalam sebuah dokumen yang akan menjadi peta jalan bagi tim dalam menghasilkan pemain-pemain berkualitas secara berkelanjutan untuk tim utama Persebaya.
Rutin Mengikuti Berbagai Turnamen Sepak Bola
Selain melakukan evaluasi dan simulasi, Persebaya Future Lab akan akan melibatkan tim-tim internal dalam berbagai turnamen, seperti Piala Soeratin, dll. Partisipasi dalam kompetisi ini akan memberikan kesempatan bagi para pemain untuk mengasah kemampuan dan menguji sejauh mana perkembangan yang telah mereka capai.
“Sembari mengikuti kompetisi, kami juga akan terus berupaya merumuskan 'Persebaya Way', yaitu identitas pembinaan sepak bola yang menjadi ciri khas kami,” lanjut Coach Ganesha.
Persebaya Future Lab saat ini telah memiliki empat unit yang saling melengkapi. Elite youth menjadi ujung tombak dalam mencetak pemain-pemain berbakat untuk tim senior. Sementara itu, grassroots berperan penting dalam memperluas basis pemain dan menumbuhkan minat sepak bola sejak usia dini. Unit sport science yang akan memberikan dukungan data dan analisis yang komprehensif untuk meningkatkan performa para pemain. Sedangkan unit medis akan memastikan kesehatan dan kebugaran para atlet selalu terjaga.
Menurut Coach Ganesha, keberhasilan program ini sangat bergantung pada soliditas di antara seluruh stakeholder Persebaya untuk saling memahami dan berkolaborasi untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada.
Program pembinaan yang sedang dibangun didasarkan pada prinsip-prinsip universal dalam sepak bola, seperti latihan teknik, taktik, dan fisik. Namun, penerapan prinsip-prinsip tersebut harus disesuaikan dengan kondisi lokal. Faktor geografis, budaya, dan infrastruktur menjadi pertimbangan penting. Sebagai contoh, di Surabaya, mereka harus mengakomodasi jadwal sekolah yang padat, seperti menggelar latihan pagi untuk kelompok elite youth.
Filosofi Persebaya Future Lab adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan pemain belajar secara optimal. “Sama seperti gelas kosong yang terisi air, pemain akan berkembang melalui interaksi dengan lingkungannya. Kami percaya 80 persen perkembangan pemain ditentukan oleh lingkungan. Lingkungan yang kompetitif dan dinamis adalah kunci untuk mencetak pemain berkualitas,” kata Coach Ganesha.
Dunia sepak bola profesional, lanjut Coach Ganesha, adalah dunia yang dinamis. Seorang pemain harus siap menghadapi berbagai situasi dan pelatih yang berbeda-beda. Melalui tim Persebaya 1 hingga 7, Persebaya Future Lab akan menciptakan lingkungan yang mensimulasikan kondisi nyata di level profesional. Dengan berganti-ganti pelatih dan rekan satu tim, pemain diharapkan akan terbiasa beradaptasi dengan berbagai gaya bermain dan karakter kepelatihan.
“Ini lingkungan yang ingin kita ciptakan. Jika dunia ini dinamis, maka kita bikin sekolah yang bisa mengatasi dinamika ini. Setiap minggu bakal ada promosi dan degradasi, tiap minggu para pemain harus berinteraksi dengan pemain lain dan pelatih baru. Tiap pemain harus siap dengan dunia yang berubah-ubah. Ini filosofi dari program ini. Pemain gak bisa pilih lawan,” tegas Coach Ganesha.
Metode Persebaya Future Lab
Persebaya Future Lab membentuk kelompok-kelompok kecil dengan jumlah pemain 12-16 orang di setiap kelompok Persebaya 2, 3, 4, dan 5. Jumlah anggota yang terbatas ini memungkinkan setiap pemain mendapatkan perhatian yang lebih intensif dari pelatih. Dalam kelompok yang lebih kecil, frekuensi aksi dan interaksi antar pemain juga meningkat secara signifikan.
“Kami mengadopsi sistem mix group berdasarkan level kemampuan, bukan usia. Hal ini sejalan dengan karakteristik sepak bola profesional yang heterogen. Dengan demikian, pemain dapat berinteraksi dengan pemain yang lebih berpengalaman dan belajar dari mereka, sekaligus memotivasi pemain yang lebih muda untuk terus berkembang,” kata Coach Ganesha.
Persebaya Future Lab rutin memantau kompetisi internal. Dari sana, mereka membentuk tim challenger yakni para pemain terbaik pekan ini. Mereka akan diundang untuk berlatih bersama.
“Para pemain akan berlatih dengan tim dan diakhiri dengan game dengan tim Persebaya 2, 3, 4, 5 yang dalam 1 minggu performanya kurang bagus. Tim-tim itu kami namakan pressure group,” kata Coach Ganesha.
Ekosistem ini yang sedang diciptakan Persebaya Future Lab. Nantinya, kondisi para pemain bisa naik dan turun. “Kita hanya menonton, semua terserah pemain. Siapa yang kuat, siapa yang mau bangkit. Ini yang kita ciptakan. Kita gak harus ngomong kamu jangan begadang atau tidur yang cukup. Karena kesadaran akan muncul sendiri karena mereka tak mau kehilangan tempat di dalam tim,” pungkas Coach Ganesha. (*)
Editor : Iwan Iwe