PACITAN - Kasus leptospirosis merebak di wilayah Nawangan. Dalam kurun waktu tiga pekan, tujuh warga di kecamatan itu dilaporkan terinfeksi bakteri leptospira. Bahkan, tiga penderitanya dinyatakan telah meninggal dunia. ‘’Kasus pertama ditemukan di Desa Mujing. Begitu (penderita) dilaporkan reaktif kemudian dirujuk ke Pacitan (RSUD dr Darsono). Sempat dirawat tapi setelah itu meninggal,’’ kata Camat Nawawangan Sukarwan (25/2/23).
Pasca temuan kasus tersebut pihak kecamatan langsung menggelar rapat koordinasi (rakor) bersama dengan puskesmas, bidan desa dan masyarakat. Sukarwan meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terkait penyebaran leptospirosis. ‘’Permasalahannya dipicu oleh masyarakat yang bertani di sawah itu tidak bersepatu karena mungkin kaki mereka luka. Apalagi, saat itu musim panen,’’ terangnya.
Hasil penyelidikan epidemiologi juga diketahui bahwa penderita yang meninggal itu memiliki luka pada kakinya. Sehingga, terinfeksi bakteri leptospira ketika berada di sawah. ‘’Padahal, kencingnya tikus itu bercampur dengan air di sawah,’’ ungkapnya.
Sukarwan mengungkapkan, pihak dinas kesehatan (dinkes) bersama dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya telah pekan lalu telah ke Nawangan. Selama tiga hari, mereka mengambil sampel para penderita leptospirosis. ‘’Hasilnya belum ada. Masih ada kajian,’’ ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan hasil pencermatan di lapangan diketahui bahwa tingkat populasi tertinggi tikus ada di Desa Mujing. Sukarwan menambahkan, sejak kasus ini merebak pada 9 Februari lalu sudah ada tujuh orang yang terinfesi bakteri leptospira. Bahkan, tiga penderita di antaranya meninggal dunia.
‘’Untuk laporan terakhir yang masih dirawat masih kami konfirmasikan dengan pihak puskesmas,’’ pungkasnya.
Reporter: Edwin Aji
Editor: Vita Ningrum