SURABAYA - Beberapa kiai sepuh Nahdlatul Ulama menilai desakan agar Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, mundur dari jabatannya sebagai dinamika internal yang wajar dan tidak akan memicu perpecahan di tubuh NU.
Keyakinan itu disampaikan KH Imam Bukhori Kholil saat menghadiri rapat persiapan acara Napak Tilas Tongkat dan Tasbih bersama kiai sepuh di kantor PCNU Kota Surabaya, Senin (24/11).
Cicit dari Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan menyebut, momentum napak tilas membawa semangat dasar pendirian NU dan menguatkan bahwa organisasi tetap kokoh.
KH Imam Bukhori meminta semua pihak berpikir jernih dan menjaga marwah jam’iyah NU sebagai perekat bangsa. Ia berharap konsolidasi terus terjaga agar NU tetap solid dan mampu menjalankan perannya sebagai pemersatu umat dan bangsa.
"Saya berharap semua pihak bisa berpikir jernih dan satu semangat menjaga marwah jam’iyah NU sebagai perekat bangsa. Kalau NU ingin menjadi perekat bangsa, NU sendiri harus solid. Saya melihat ini semua sebagai dinamika, bukan perpecahan. Insyaallah semua pihak akan bijaksana dalam mengambil sikap," ujarnya.
Sementara itu, Rais Syuriah PCNU Kota Surabaya, KH Ahmad Dzulhilmi Ghozali, menegaskan seluruh struktur NU di daerah tetap mengikuti keputusan pusat atau PBNU. Ia yakin dinamika yang terjadi tidak akan memengaruhi persatuan Nahdliyin.
Konflik PBNU mencuat setelah beredarnya surat hasil Rapat Harian Syuriah PBNU yang meminta Ketua Umum Yahya Cholil Staquf mengundurkan diri karena dianggap melanggar ketentuan organisasi. Syuriah memberi tenggat tiga hari sejak 20 November 2025, namun Gus Yahya menolak mundur dan menegaskan akan menyelesaikan masa jabatannya sesuai mandat muktamar. (*)
Editor : A. Ramadhan



















