SURABAYA - Komunitas atau Paguyuban Raden Sawunggaling menjadi penyelamat salah satu situs sejarah yaitu Makam Raden Sawunggaling (Adipati Surabaya IV). Paguyuban ini tidak hanya merawat dan menjaga situs sejarah, namun juga mengajak generasi muda untuk menghargai nilai-nilai sejarah yang telah ada sejak lama.
Paguyuban Raden Sawunggaling telah berdiri sejak awal tahun 2000-an namun, baru didaftarkan ke notaris pada tahun 2014.
Pembentukan komunitas ini berawal dari keresahan penduduk yang melihat makam ini terbengkalai. Dari situlah kemudian warga setempat mengikrarkan diri untuk merenovasi dan menjaga makam ini, mengingat jasanya terhadap warga Kota Surabaya.
Komunitas Sawunggaling di Lidah Wetan ini juga menjadi wadah bagi komunitas-komunitas lain seperti komunitas pencak silat dan karang taruna.
Baca Juga : Puncak Sembrani Nusantara, Penampilan Reog Ponorogo dan Jaranan Guncang Lidah Wetan
Kegiatan rutin Komunitas Sawangguling biasanya terdiri dari agenda bulanan dan tahunan. Namun, lebih banyak berupa sosialisasi nilai-nilai budaya yang berakar dari perilaku Raden Sawunggaling.
Salah satu cara penerapannya adalah dengan mewajibkan guru-guru di perguruan silat untuk berziarah ke makam Raden Sawunggaling sebelum mereka melakukan pergantian sabuk (naik level).
“Kegiatan kami serupa dengan sedulur-sedulur budaya lainnya, di mana kami melakukan upgrade tentang budaya dan sosialisasi nilai-nilai budaya kepada generasi muda," ungkap Tulus Warsito, selaku salah satu perwakilan komunitas Sawunggaling.
Baca Juga : Menggali Makna Budaya Melalui Sembrani Nusantara di Lidah Wetan Surabaya
"Sosialisasi tersebut bersifat informal dan siapapun dari komunitas yang datang akan diberi penjelasan oleh anggota paguyuban yang sedang berjaga di lokasi," sambungnya.
Ia juga berpesan kepada masyarakat, khususnya generasi muda agar tidak melupakan sejarah. Karena berkat jasa orang terdahulu, kemerdekaan dan kebebasan saat ini bisa dinikmati.
"Sehingga tugas generasi muda adalah merawat, menjaga, dan melestarikannya, serta tidak bosan-bosan untuk belajar sejarah sebagai bagian dari nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa ini,” lanjut Tulus.
Secara garis besar, Komunitas Sawunggaling aktif dalam program sosial ini bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kearifan lokal. Mereka sering menggelar acara yang mengajak masyarakat untuk berkumpul, berbagi cerita, dan merayakan budaya bersama.
Melalui upaya ini, komunitas Sawunggaling tidak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga menjadikan Lidah Wetan sebagai pusat pelestarian budaya yang inspiratif.
Editor : A.M Azany