SIDOARJO - Keprihatinan terhadap punahnya permainan tradisional di kalangan anak-anak dan remaja menjadi inspirasi kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik yang dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas Bhayangkara Surabaya. Permainan tradisional yang dulu menjadi bagian integral masa kecil kini semakin tersingkir oleh permainan berbasis teknologi dan media sosial. Anak-anak lebih sering disibukkan dengan gadget dan media sosial, sementara permainan yang mengasah motorik dan sosial mereka semakin terpinggirkan.
Sebagai respons terhadap fenomena tersebut, mahasiswa KKN Tematik Ubhara Surabaya melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal di RW 04 Desa Kwangsan Sedati, Sidoarjo. Kegiatan ini dilaksanakan sepanjang bulan Desember 2024 dengan melibatkan 15 mahasiswa dari berbagai fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, serta Fakultas Hukum.
Dosen Pendamping Lapangan (DPL), M. Fadeli, mengungkapkan bahwa fenomena perubahan pola hiburan di kalangan anak-anak menyebabkan mereka lebih memilih gim daring atau aplikasi di gadget, yang menawarkan hiburan instan. Hal ini menyebabkan permainan tradisional semakin terlupakan. Fadeli, yang juga Dosen Ilmu Komunikasi, mendorong mahasiswa untuk merancang kegiatan yang mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget dan mengajak mereka untuk beraktivitas fisik yang bermanfaat bagi kesehatan mereka.
Permainan tradisional yang diperkenalkan dalam kegiatan KKN ini antara lain egrang batok, benteng-bentengan, lompat tali karet, gobak sodor, dan ular naga. Anak-anak di RW 04 Desa Kwangsan sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut. Wicaksana Aji, Koordinator mahasiswa KKN, menjelaskan bahwa permainan yang diajarkan tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik. Kegiatan permainan tradisional ini dilakukan setiap hari sepulang sekolah, mulai pukul 2 siang hingga 5 sore, di halaman rumah salah satu warga di RT 7 RW 4 Desa Kwangsan, anak-anak diuji dalam hal keterampilan fisik, kecerdasan, dan kerjasama tim.
“Melalui permainan tradisional, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan fisik dan mental mereka. Setiap permainan telah dirancang untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan dan edukatif, sehingga mereka sangat antusias untuk ikut serta,” kata Wicaksana.
Salah satu peserta KKN, Keisa, mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melestarikan budaya lokal, mempererat hubungan antarwarga, serta memberikan pengalaman edukatif yang menyenangkan bagi anak-anak. Citra, peserta KKN lainnya, juga menambahkan bahwa ini adalah pertama kalinya mereka mengenal dan mengikuti permainan tradisional, dan mereka merasa sangat seru dan mengasyikkan.
Selain kegiatan permainan tradisional, peserta KKN juga menggelar sarasehan dengan ibu-ibu warga setempat pada Minggu (8/12/2024), bertema "Yuk Alihkan Gadget dengan Permainan Tradisional dan Membaca Buku". Sarasehan ini menghadirkan narasumber Shabrina Aulia Tsaani, S.Psi, seorang psikolog yang juga aktif sebagai konten kreator sekaligus Founder dan ketua tim permainan tradisional "Banana Student". Dalam pemaparannya, Shabrina mengingatkan para orangtua tentang pentingnya mengurangi ketergantungan anak pada gadget.
“Lebih baik lelah menemani anak bermain daripada lelah menemani anak berobat karena kecanduan gadget. Anak-anak perlu aktivitas fisik yang dapat mendukung tumbuh kembang mereka,” ujar Shabrina.
Ibu Iskoma, salah satu warga RT 7 yang pertama kali mengikuti sarasehan tentang edukasi pola asuh anak, merasa senang dengan kegiatan ini. Ia mengatakan bahwa pengenalan permainan tradisional mengingatkannya pada masa kecilnya, di mana ia sering bermain permainan seperti gobak sodor dan bentengan.
"Saya senang anak-anak dikenalkan kembali dengan permainan tradisional. Karena dulu semasa saya kecil juga kerap bermain permainan seperti ini," ungkapnya.
Selain pengenalan permainan tradisional, mahasiswa KKN juga melaksanakan berbagai kegiatan lain, seperti edukasi tentang pengelolaan sampah, budidaya tanaman lokal seperti markisa, kelor, dan bunga telang, serta lomba-lomba dan senam bersama. Ketua RW 04, Jumono, berharap agar kegiatan serupa dapat dilaksanakan kembali di tahun depan karena dapat mempererat hubungan antarwarga dan menjadikan kampung lebih dinamis.
Dengan kegiatan KKN ini, diharapkan anak-anak dan masyarakat setempat semakin sadar akan pentingnya melestarikan budaya lokal melalui permainan tradisional dan mengurangi ketergantungan pada teknologi.
Editor : Iwan Iwe