SURABAYA - Emil Elestianto Dardak bersama sejumlah pimpinan perguruan tinggi Jatim menggelar diskusi terkait Jawa Timur Sebagai Gerbang Baru Nusantara di Ruang Kuliah Internasional 5, Gedung Pascasarjana Unair, Surabaya, Sabtu (7/12/2024).
Emil yang mewakili Khofifah Indar Parawansa menyampaikan gagasannya untuk Jatim Gerbang Baru Nusantara 5 tahun ke depan.
“Saya datang kesini hanya sebagai mantan Wakil Gubernur Jatim. Karena, belum ada keputusan apapun terkait hasil pemilu kemarin. Para akademisi ini pengen mengetahui lebih jauh tentang gagasan Gerbang Baru Nusantara ini,” kata Emil.
Menurut Emil, definisi dari Gerbang Baru Nusantara adalah antisipasi pergeseran center of gravity dari Selat Malaka ke arah yang lebih tengah di Indonesia. Kondisi ini, diungkapkannya, tergambarkan dalam rancangan teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Negara (RPJMN) Indonesia 2025-2029.
“Bahwa kawasan Timur Indonesia akan semakin diakselerasi pertumbuhannya. Share ekonominya diperkirakan meningkat enam persen. Sebaliknya di kawasan barat Indonesia akan turun enam persen,” ungkapnya.
Mantan Bupati Trenggalek ini menyebut wilayah Jawa Timur menjadi konektor utama di wilayah Timur Indonesia. Sehingga, provinsi ini harus bersiap-siap.
"Tidak bisa lagi berharap daerah lain mengirim bahan baku lagi ke Jatim. Karena kemungkinan provinsi lain akan mengolah sendiri bahan bakunya menjadi bahan setengah jadi. Nah sekarang kita berusaha mendorong mereka (provinsi lain), mengirimkan barang setengah jadinya kesini (Jatim). Industri di Jatim akan mengolah barang setengah jadi tadi menjadi bahan jadi. Maka koneksi kita ke wilayah lain dan pasar ekspor harus semakin kuat. Harus semakin canggih,” bebernya.
Emil mendapat banyak masukan dari akademisi dari berbagai kampus di Jatim. Salah satunya mengenai perizinan yang dianggap masih sulit di Jatim. Hal itu pun akan diperbaiki oleh gubernur dan wakil gubernur yang terpilih nanti.
“Tadi banyak masukan yang diberikan ke kami. Ada yang spesifik bicara mengenai logistik. Mulai logistik laut maupun darat. Ada juga yang bicara kawasan industri berbasis teknologi. Bagaimana keberadaan perguruan tinggi yang melimpah di Jatim bisa berbanding lurus dengan perkembangan teknologi,” ucapnya.
Menurutnya, hal terberat yang harus dilakukan adalah mengubah paradigma masyarakat. Tidak bisa cepat putus asa ketika ada kegagalan.
“Ini kan grand desain. Pasti akan ada kegagalan. Kalau kita tidak siap menerima realita itu, pokoknya semua harus berhasil, ya susah,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan, saat ini pintu masuk Jatim masih di wilayah utara Jatim. Tetapi, pembangunan infrastruktur di selatan saat ini juga sedang dilakukan.
"Program yang baik ini kan harus kita lanjutkan lagi," tandasnya.
Wakil Rektor III Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam mengapresiasi gagasan Jatim Gerbang Baru Nusantara.
"Gagasan ini sungguh progresif dan futuristik, ini adalah energi baru. Saya pikir gagasan ini akan bisa menghentak dan punya impact yang luas dan kompleks. Tidak semata soal bagaimana daya ungkit ekonomi kawasan semata, tetapi juga bisa mengembalikan kepercayaan dan keyakinan diri warga Jatim bahwa Bumi Majapahit ini adalah pusat keunggulan peradaban nasional," katanya.
"Perubahan mindset dan paradigma ini yang penting bisa ditangkap dari gagasan baru ini. Saya yakin jika ini serius dilakukan akan bisa mengembalikan lagi kepercayaan diri masyarakat Jatim bahwa kawasan ini adalah pusat dan akselerator pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya Indonesia Timur," tandasnya. (*)
Editor : M Fakhrurrozi