SIDOARJO - Dosen program studi Terapi Okupasi Poltekkes Kemenkes Surakarta, Jawa Tengah, menggelar kegiatan pengabdian masyarakat.
Kegiatan ini berkolaborasi bersama SDN Wedoro 1 Sidoarjo dan Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Rabu (11/12/2024) di SDN Wedoro 1 Sidoarjo.
Kegiatan ini berupa pemberdayaan guru terhadap kematangan akademik dan kemandirian ABK yang dihadiri oleh guru SDN Wedoro 1 Sidoarjo dan guru lainnya dari SD di lingkungan Kecamatan Waru, Sidoarjo.
Diselenggarakannya kegiatan pemberdayaan guru ini bertujuan memberikan pemahaman mendalam dan solusi praktis pada guru.
Baca Juga : Dorong Inklusi dan Kreativitas ABK, Yayasan Peduli Kasih ABK Turut Serta dalam Pameran Charity Edisi Natal
Kegiatan ini yang mencakup pemahaman komprehensif mengenai tantangan yang dihadapi ABK di sekolah, terutama terkait dengan faktor perkembangan yang memengaruhi kemampuan belajar ABK.
Umi Kusnaini, S.Pd.SD., selaku kepala sekolah, dalam sambutannya berharap kegiatan ini dapat menambah wawasan untuk mengetahui lebih jauh tentang cara untuk mengetahui kemampuan siswanya yang tergolong ABK.
"Saya ingin dari kegiatan ini dapat menambah wawasan tentang siswa saya yang ABK, baik di bidang intelegennya ataupun kemandirian mereka di sekolah, sehingga dapat menentukan langkah yang tepat dalam pendampingannya," ungkap Umi.
Linda Harumi, SST., MPH, perwakilan dari salah satu dosen program studi Terapi Okupasi Poltekkes Kemenkes Surakarta Jawa Tengah, sekaligus salah satu pemberi materi, memaparkan materi mengenai Problem, Deteksi, dan Penanganan ABK di Sekolah.
Linda mengungkapkan bahwa terdapat banyak masalah ABK di sekolah. Menurutnya, ini tidak sekedar baca, tulis, dan hitung, tetapi terdapat aktivitas lain juga yang perlu diperhatikan.
Dalam pemaparannya, Linda juga menekankan kepada guru-guru untuk melakukan pelatihan deteksi sederhana penyebab masalah-masalah tersebut dengan cara mengamati siswa, sekaligus cara mengatasinya.
Pengamatan kepada siswa dapat dimulai dari penyebab anak kesulitan menulis, pelajaran olahraga, keterampilan, hingga kesenian.
“Masalah ABK diamati dari kematangan perkembangan refleks, sensorik, motorik, persepsi, kognitif, dan perilaku. Perlu juga diamati mengenai level keparahan kondisi anak,” tuturnya.
Para guru tampak sangat antusias mengikuti kegiatan ini, terlihat dari perhatian penuh mereka terhadap setiap materi yang disampaikan.
Sri Widanarti, S.Pd., M.M., selaku perwakilan dari Dinas Pendidikan (Diknas) Sidoarjo sekaligus pengawas sekolah SDN se-kecamatan Waru Sidoarjo, berharap guru-guru yang hadir dapat mengembangkan keterampilannya dalam bidang ini dan dapat menerapkan ilmunya.
“Kepada para guru-guru, saya harapkan dapat mendiseminasikan ilmu tersebut di lembaga masing2 melalui Komunitas Belajar (Kombel) sekolah atau di kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) tingkat Gugus sekolah,” tutur Sri.
Melihat kesuksesan kolaborasi kegiatan ini, ke depannya akan digelar kolaborasi kembali dalam pertemuan secara online maupun offline.
Rencananya, kegiatan ini juga akan berkoordinasi dengan Kombel inklusi KKG Kec. Waru Sidoarjo untuk mengadakan kegiatan serupa agar informasi tentang ABK dapat diketahui secara luas oleh seluruh guru yang tergabung di Kombel Inklusi Kec.Waru Sidoarjo melalui webinar di PMM.
Editor : Khasan Rochmad