PROBOLINGGO - Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi susu segar dalam negeri yang saat ini baru mencapai 20 persen dari kebutuhan nasional. Melalui program percepatan produksi susu dan daging nasional, Kementerian Pertanian menggandeng pihak swasta untuk mendatangkan 1.080 ekor sapi perah bunting dari Australia ke Jawa Timur.
Sapi-sapi jenis crossbreed, hasil persilangan Holstein dan Jersey ini, tiba di Pelabuhan DABN Kota Probolinggo dan langsung menjalani masa karantina di PT Santori, Desa Wringinanom, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo. Selama dua pekan, sapi perah tersebut dipastikan dalam kondisi sehat dan bebas dari penyakit sebelum disebar ke para peternak binaan.
Sebanyak 120 mitra peternak akan menerima distribusi sapi ini. Mereka tersebar di wilayah Probolinggo, Malang, Blitar, dan Kota Batu. Seluruhnya berada di bawah binaan Kementerian Pertanian.
Pelepasan distribusi sapi dilakukan pada Selasa (15/7/2024), yang dihadiri Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Agung Suganda, Kepala Badan Karantina Nasional, serta para mitra peternak.
Gubernur Khofifah menyatakan bahwa Jawa Timur sangat potensial menjadi pusat produksi susu nasional karena faktor geografis yang mendukung peternakan.
"Jawa Timur saat ini menyumbang 40 persen produksi susu nasional. Dengan program ini, kami optimis bisa menopang kebutuhan susu segar dalam negeri lebih besar lagi,” tegasnya.
Khofifah menyebut kontribusi Jatim sangat besar terhadap komoditas strategis seperti tebu, padi, telur, hingga ayam ras.
“Produksi gula per hektar di Jatim sudah mencapai 20 ton, jauh di atas rata-rata nasional yang hanya 5 ton,” ujarnya.
Khofifah juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam membangun ekosistem peternakan yang produktif dan berkelanjutan. Ia mengapresiasi dukungan berbagai pihak, mulai dari perusahaan seperti PT Japfa, PT Greenfield, PT Santori, hingga lembaga keuangan seperti Himbara (Bank Mandiri, BRI, BNI) dan Bank UMKM Jatim.
“Semua sapi perah yang dikirim dalam keadaan bunting. Ini kabar baik, karena akan meningkatkan produksi susu Jawa Timur untuk mendukung kebutuhan nasional,” jelasnya.
Dengan populasi sapi perah Jawa Timur yang menyumbang sekitar 40 persen dari populasi nasional, Khofifah memastikan bahwa pemerintah pusat telah menjamin penyerapan produksi susu melalui kerja sama industri dan rumah susu berbasis masyarakat, termasuk distribusi ke dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Sebagaimana kursus untuk petani tebu, peternak sapi perah juga perlu didampingi agar lebih mandiri dan profesional,” pungkasnya.
Sementara Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Agung Suganda, mengatakan bahwa meskipun Indonesia telah mencapai swasembada untuk komoditas daging ayam dan telur ayam, ketergantungan terhadap impor daging sapi dan susu masih tinggi.
“Indonesia saat ini sudah surplus 0,12 juta ton daging ayam dan 0,17 juta ton telur ayam. Tapi untuk daging sapi dan susu, impor masih mendominasi hingga sekitar 52 persen dan 79 persen dari kebutuhan nasional,” kata Agung.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah tengah mendorong percepatan produksi dalam negeri melalui Program Percepatan Produksi Susu dan Daging Nasional (P2SDN), yang telah masuk dalam Proyek Strategis Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang RPJMN 2025–2029.
“Untuk bisa mencapai swasembada susu pada tahun 2029, Indonesia membutuhkan tambahan sekitar 1 juta ekor sapi perah dalam lima tahun ke depan,” tegasnya. (*)
Editor : M Fakhrurrozi