SURABAYA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memimpin Rapat Koordinasi Ketahanan Pangan di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (14/3). Rakor Ketahanan Pangan ini turut dihadiri Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI Agus Harimurti Yudhoyono dan Menteri Koordinator Bidang Pangan RI Zulkifli Hasan.
Dalam rapat ini, Gubernur Khofifah optimis Jawa Timur akan mempertahankan posisi sebagai produsen padi tertinggi di Indonesia dan mencapai target produksi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 12,7 juta ton pada 2025.
Khofifah menyampaikan bahwa pencapaian target tersebut dapat terwujud jika 488.379 hektar lahan kurang produktif di Jatim dapat dioptimalisasi dan terairi dengan baik.
“Jadi kita optimis mencapai target peningkatan GKP sebanyak 12,7 juta ton, jika 488.379 hektar lahan kurang produktif ini dapat dioptimalisasi dan terairi dengan baik,” ujar Khofifah.
Jawa Timur telah menjadi produsen padi terbesar di Indonesia selama lima tahun berturut-turut. Pada tahun 2020, produksi padi Jatim mencapai 9,94 juta ton GKP yang setara dengan 5,74 juta ton beras, dan terus konsisten dengan produksi di tahun-tahun berikutnya. Namun, untuk mencapai target nasional, Khofifah menekankan pentingnya upaya signifikan dalam penggunaan teknologi pertanian, khususnya alat mesin pertanian (alsintan).
"Ketika padi tidak mendapatkan pengeringan yang baik, maka kandungan airnya tinggi dan berakibat pada tingginya broken. Ini yang mempengaruhi kualitas dan harga beras," tambah Khofifah. Ia mengusulkan penggunaan combine harvester dan bed dryer untuk mengurangi kerugian dan meningkatkan kualitas gabah.
Selain padi, Khofifah juga menegaskan bahwa Jawa Timur merupakan produsen utama komoditas lainnya, seperti jagung, kedelai, bawang merah, cabai besar, dan cabai rawit. Menurutnya, ketersediaan pangan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dipastikan aman, dengan kondisi surplus pada beberapa komoditas.
"Proyeksi ketersediaan selama bulan Maret sampai April ini aman, beras, jagung, kedelai, bawang merah, cabai besar, dan cabai rawit dalam posisi surplus," ujarnya.
Gubernur Khofifah juga menekankan pentingnya dukungan infrastruktur dalam mendukung ketahanan pangan, terutama dalam hal irigasi. Ia berharap agar Kementerian Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan memberikan dukungan maksimal dalam pembangunan infrastruktur air minum dan irigasi, terutama di wilayah penghasil padi.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menyampaikan proyeksi produksi beras dari Januari hingga April 2025 mencapai 13,95 juta ton, sementara konsumsi beras pada periode yang sama diperkirakan hanya 10,36 juta ton. "Neraca produksi konsumsi dari Januari hingga April 2025 surplus 3,59 juta ton, lebih tinggi 2,79 juta ton atau 348,75 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2024," kata Zulkifli.
Zulkifli Hasan juga menekankan pentingnya clean and clear government untuk mencapai target swasembada pangan, dan meminta para bupati untuk memantau langsung kondisi di lapangan serta mengkoordinasikan perkembangan yang ada.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan komitmennya untuk mendukung pembangunan infrastruktur guna mencapai ketahanan pangan. AHY berjanji untuk mengoptimalkan saluran irigasi dan pembangunan bendungan yang menjadi prioritas, seperti Bendungan Bagong di Trenggalek dan Bendungan Karangnongko di Bojonegoro.
Dalam rapat ini, juga hadir Wakil Gubernur Jawa Timur, Sekretaris Daerah Provinsi Jatim, Bupati/Walikota se-Jawa Timur, serta sejumlah Kepala Perangkat Daerah dan Kepala Bappeda Kab/Kota se-Jawa Timur.*
Editor : A. Ramadhan