KOTA MALANG - Tim dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Malang (Polinema) berhasil membantu pelaku usaha jamu tradisional di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, naik kelas melalui penerapan teknologi tepat guna dan digitalisasi pemasaran.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat berjudul “Implementasi Alat Pengering dan Pencacah Jamu serta Digital Marketing untuk Meningkatkan Produksi dan Penjualan di IRT Rumah Rempah Sugih Waras.”
Program ini didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) bidang Sains dan Teknologi (Saintek) tahun 2025.

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi lintas disiplin antara Program Studi Sistem Informasi Bisnis dan Teknik Elektro Polinema. Tim yang diketuai oleh Meyti Eka Apriyani, S.Kom., M.T., bersama Rieke Adriati Wijayanti, S.T., M.T. dari Teknik Elektro, merancang dan mengimplementasikan dua inovasi utama: alat pengering jamu (dehydrator) berbasis sensor thermostat dan alat pencacah jamu otomatis. Kedua alat ini mempercepat proses produksi, menjaga higienitas, serta meningkatkan efisiensi kerja pelaku usaha.
“Sebelumnya proses pengeringan bisa memakan waktu dua sampai tiga hari dan sangat bergantung cuaca. Dengan alat dehydrator ini, proses cukup 5–7 jam dengan hasil lebih bersih dan konsisten,” ujar Meyti.

Selain inovasi teknologi, tim juga memberikan pendampingan digital marketing yang dipimpin oleh Elok Nur Hamdana, S.Kom., M.Kom. Mitra dilatih membuat akun marketplace, mengelola media sosial, dan membangun website produk agar mampu memperluas pasar secara daring. Kini, Rumah Rempah Sugih Waras telah aktif memasarkan produknya melalui Shopee, Tokopedia, dan Instagram.
Mahasiswa dari dua program studi turut berperan aktif dalam seluruh tahapan kegiatan—mulai dari desain alat, pengujian sistem, hingga produksi konten digital. Kolaborasi ini menjadi implementasi nyata konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), di mana mahasiswa terlibat langsung dalam pengabdian berbasis teknologi dan pemberdayaan masyarakat.

Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan: kapasitas produksi jamu naik dari 50 menjadi 100 bungkus per hari, omzet meningkat hingga 30 persen, dan kualitas produk menjadi lebih stabil dan higienis.
Pemilik usaha, Ibu Suliyati, menyampaikan rasa terima kasihnya atas dukungan dari Polinema.
“Kami sangat terbantu. Sekarang produksi lebih cepat, kualitas lebih bagus, dan bisa jualan online. Dulu semuanya masih manual,” ungkapnya.
Dengan sinergi antara inovasi teknologi dan pendampingan digital, Polinema membuktikan komitmennya dalam membantu UMKM lokal agar berdaya saing di era modern. Rumah Rempah Sugih Waras kini menjadi contoh nyata transformasi usaha tradisional menuju industri herbal yang lebih efisien, higienis, dan digital.
Jamu bukan lagi minuman kuno, melainkan simbol inovasi lokal berbasis teknologi. Dengan dukungan Kemendikbudristek, Rumah Rempah Sugih Waras kini menjadi contoh nyata bahwa sentuhan sains dan digitalisasi mampu membawa jamu tradisional naik kelas. (**)
Editor : JTV Malang



















