SURABAYA - Di tengah kondisi harga telur yang terus meroket, bahkan mencapai Rp 30 ribu lebih per kilo, namun dalam kondisi itu dinas peternakan Jawa Timur hanya sebatas melakukan pendampingan pelatihan untuk peternak untuk bisa mengelola pakan ternak agar tidak tergantung dengan bahan impor.
Harga telur di pasaran semakin tidak terkendali, ada beberapa faktor penyebab tingginya harga telur menurut Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jatim Indyah Ariyani dikarenakan tingginya permintaan pasca covid, banyak masyarakat yang melakukan halal bihala, sekaligus program penanganan stunting pemerintah pusat dengan pemberian telor dan naiknya harga bahan baku ternak yang impor, imbas perang ukraina dan rusia.
"Pasca covid, masyarakat banyak mengejar halal bihalal sehingga permintaan telur tinggi, lalu harga pakan ternak yang juga mahal dikarenakan impor, itulah yang menjadikan harga telur mahal," ungkapnya.
Saat dikonfirmasi terkait upaya penanganan yang dilakukan disnak terkait tingginya harga telur, Indyah menyampaikan, pihaknya telah melakukan pendampingan pelatihan untuk peternak agar mengunakan pakan ternak dengan bahan lokal.
Baca Juga : Cantiknya Cake Natal Berbentuk Topi Rajut Hingga Rumah Bersalju
"disnak memberi pendampingan pelatihan pada peternak agar bisa mengelola pakan dari bahan lokal," ujarnya.
Indyah menambahkan saat ini pemerintah pusat juga melakukan suporting pada peternak ayam dengan pemberian subsidi jagung.
Reporter:Dewi Imroatin
Baca Juga : Jelang Natal dan Tahun Baru Harga Sembako di Gresik Naik
Editor : Vita Ningrum