TUBAN - Di tengah derasnya gempuran makanan dan minuman modern, tradisi memproduksi gula merah berbahan dasar legen atau getah pohon siwalan tetap bertahan di Dusun Widengan, Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.
Emak-emak seperti Yunita, Suparmi, dan Kartini masih setia melestarikan warisan leluhur ini, menjadikan gula siwalan sebagai produk khas yang diminati wisatawan dan pembeli dari luar daerah.
Proses pembuatan gula siwalan ini membutuhkan waktu dan ketelatenan.
“Buat gula lontar atau gula dari siwalan, untuk proses merebus kurang lebih lima jam, kemudian setelah jadi adonan dicetak menggunakan daun lontar. Masaknya masih memakai kayu bakar biar aromanya tidak berubah,” ujar Yunita, salah satu produsen gula tradisional ini.
Baca Juga : Diterjang Puting Beliung, 57 Rumah di Tuban Rusak dan Seorang Lansia Terluka
Proses panjang dimulai dengan memasak legen hingga berubah dari cairan bening menjadi kental berwarna merah kecokelatan. Adonan tersebut kemudian dituangkan ke dalam cetakan yang terbuat dari daun lontar. Setelah kering, gula siap dikemas.
Yunita memasarkan produknya, yang diberi label “Cap Ngaron,” melalui toko oleh-oleh di Tuban serta memanfaatkan media sosial seperti WhatsApp, Instagram, dan Facebook untuk menarik pelanggan.
“Kami menjualnya ke toko oleh-oleh, dan yang membeli biasanya dari luar kota. Per kilonya Rp40 ribu untuk kemasan daun lontar, sementara kemasan biasa Rp35 ribu,” tambahnya.
Baca Juga : Di Tuban, Telur Tembus 31 Ribu per Kilogram
Meski tidak setiap hari memproduksi gula, Yunita dan rekan-rekannya memasak setiap lima hari sekali karena pasokan legen berkualitas tidak selalu tersedia.
Meskipun tantangan di era modern semakin besar, mereka tetap berkomitmen menjaga cita rasa khas gula siwalan yang memiliki tingkat kemanisan tinggi dan aroma autentik hasil pengolahan tradisional.
Gula siwalan ini bukan hanya menjadi oleh-oleh khas Tuban, tetapi juga bukti bahwa tradisi lokal dapat bertahan di tengah arus zaman yang terus berubah. (Dziky Muhamad/Khusni Mubarok/Dhelfia Ayu)
Editor : Iwan Iwe