Film Kiblat sedang hangat menjadi perbincangan di kalangan masyarakat, khususnya penikmat film. Sinema horor produksi Leo Pictures itu menjadi kontroversi lantaran sempat dilarang tayang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Film karya Bobby Prasetyo tersebut bercerita tentang perjalanan Ainun (Yasmin Napper) yang berusaha ke jalan yang benar. Dia mencoba menggali kehidupan almarhum ayahnya. Hingga pada suatu saat dia menyadari bahwa ayahnya mengajarkan ajaran sesat. Sang Ayah adalah seorang pemimpin padepokan yang terkenal dengan klaimnya dalam menyembuhkan penyakit dan menggandakan uang.
Sebagian kalangan menganggap film tersebut mengandung unsur pelecehan agama. Berikut hingga adanya seruan untuk boikot film tersebut. Berikut duduk masalah, kontroversi, dan solusi dari MUI:
Masalah dan Kontroversi
Sebagian kalangan menilai poster film Kiblat mengandung unsur pelecehan agama. Posternya menggambarkan orang kesurupan saat salat serta arah kiblat yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Sebagian kalangan umat Islam juga merasa keberatan karena film horor yang kental dengan unsur religi tersebut dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif seperti takut dalam melaksanakan salat.
Solusi dari MUI
Banyaknya kritik dan kecaman yang diterima Leo Pictures membuat rumah produksi tersebut meminta maaf dan berjanji untuk mengganti judul serta poster film. Mereka juga menemui MUI. Dilansir dari Instagram Leo Pictures @leopicturesofficial_ pada Kamis (28/3/2024), rumah produksi tersebut sudah melakukan klarifikasi atas kegaduhan yang terjadi beberapa hari ini.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah Cholil Nafis mengungkapkan, pihak film Kiblat telah meminta maaf dan akan mengganti judul film dan poster promosi. “Pada akhirnya tim film Kiblat ingin menyelesaikan polemik di masyarakat dan memohon maaf atas terjadinya kegaduhan," kata Cholil Nafis
Pihak Leo Pictures mengungkapkan bahwa setelah kegaduhan beberapa hari terakhir, mereka sengaja melakukan tabayun bersama MUI. “Mengingat isi film ini sebenarnya merupakan syiar yang baik untuk masyarakat, namun poster dan judulnya menciptakan salah paham kepada berbagai pihak,” sebut Leo Pictures. (des)
Editor : Sofyan Hendra