MOJOKERTO - Ribuan warga berziarah ke makam Syekh Jumadil Kubro di Komplek Makam Troloyo, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto di malam 21 Ramadhan, Kamis 20 Maret 2025.
Para peziarah ini datang dari sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur. Mereka datang usai sholat tarawih. Ramainya peziarah ini untuk berburu malam Lailatul Qadar. Keberadaan makam Syekh Jumadil Kubro dipercaya memberikan berkah, terutama pada malam ganjil.
Salah satu staf wisata religi makam Troloyo, Tri Heri Santoso mengakui, jumlah peziarah selalu membeludak saat malam ganjil di bulan Ramadhan.
"Mulai usai shalat tarawih sampai jam 2 malam. Rata-rata kalau hari-hari gini, itu warga sekitar sini saja. Jawa Timur, seperti Jombang, Lamongan, Surabaya. Para peziarah selalu ramai pada malam ganjil, seperti malam 21, 23, 25, 27 dan 29. Paling ramai ya malam 27," ungkapnya.
Menurutnya di malam 27 bulan Ramadhan merupakan estimasi waktu pertengahan antara malam lailatul qodar dengan malam 29. Kondisi tersebut bisa diprediksi akan terjadi setiap bulan Ramadhan. Namun selain bulan Ramadhan, kunjungan paling banyak yakni di bulan sebelum bulan Ramadhan.
"Bulan ruwah, sebelum puasa. Tidak ada pasaran, di hari biasa juga ramai. Apalagi saat weekend ramai, Sabtu-Minggu. Malam Jumat Legi ramai tapi tidak seperti weekend, malam Minggu atau Minggu pagi. Kalau malam Jumat Legi identik dengan warga pribumi sekitar, Mojokerto, Jombang dan sekitarnya. Bukan peziarah jauh," jelasnya.
Untuk ziarah ke Komplek Malam Troloyo, peziarah cukup mengeluarkan uang Rp3 ribu. Namun jika datang bersama rombongan, petugas akan memberikan diskon. Heri menjelaskan, kapasitas untuk makam Syekh Jumadil Kubro cukup untuk peziarah sebanyak 10 bus sehingga peziarah tidak perlu mengantre untuk bisa masuk ke makam Syekh Jumadil Kubro.
"Berapa bus pun, kalau sifatnya bergiliran masih bisa masuk karena para peziarah tidak butuh waktu lama di dalam makam. Hanya ngaji, biasanya bergiliran. Iya makam Mbah Syech Jumadil Kubro yang paling banyak dikunjungi, yang kedua sebagian saja. Kalau orang Kejawen, yang paham Kejawen ke makam Mbah Tumenggung Satim Singomoyo," ujarnya.
Banyaknya peziarah ke Komplek Makam Troloyo, lanjutnya, untuk memohon dan meminta berkah Allah SWT melalui Syekh Jumadil Kubro. Heri menjelaskan, ada hal menarik yang bisa dilakukan para peziarah di Makam Syekh Jumadil Kubro. Peziarah memohon dan berdoa selama 40 hari maka apa yang diharapkan akan terkabul.
"Jika datang ke sini selama 40 hari tanpa putus, insya Allah keinginannya terwujud. Waktunya bebas, yang penting tiap hari kesini. Terserah mau siang atau malam, itu menariknya di sini tapi ya kita punya niat, ikhlas semua kembali ke Allah SWT. Jadi tawassul istiqomah. Itu sering didenggung-denggungkan Gus Dur (Abdurrahman Wahid)," pungkasnya.
Sekedar diketahui, Makam Syekh Jumadil Kubro, punjer Wali Songo berada di Komplek Makam Troloyo yang ada di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Komplek Makam Troloyo yang mempunyai luas sekitar 3,5 acre atau 152 ribu kaki persegi ini terdampat sejumlah makam.
Komplek Makam Troloyo merupakan pemakaman bagi orang muslim sejak zaman Majapahit tapi tidak semua orang Islam dimakamkan di tempat ini. Namun mereka yang memiliki trah Majapahit. Terdapat 19 nama yang dimakamkan di Makam Troloyo. Di antaranya Syekh Jumadil Kubro, Syekh Al Chusen, Imamudin Sofari.
Tumenggung Satim Singomoyo, Patas Angin, Nyai Roro Kepyur, Sunan Ngudung, Raden Kumdowo, Ki Ageng Surgi, Syekh Jaelani, Syekh Qohar, serta Ratu Ayu Kenconowungu. Namun makam Syekh Jumadil Kubro paling banyak dikunjungi peziarah. Seperti di malam Jumat Legi atau saat Ramadhan.
Tumenggung Satim Singomoyo merupakan salah satu tokoh masyarakat pada jaman Kerajaan Majapahit yang sudah memeluk Agama Islam. Beliau adalah orang yang selalu membantu Syekh Jumadil Kubro dalam mengembangkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Karena hanya beliaulah seorang pejabat kerajaan yang bisa diajak bermusyawarah. (*)
Editor : M Fakhrurrozi