Bagi umat Islam, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi momen penting yang selalu dirayakan pada 12 Rabiul Awal.
Hal ini merupakan bentuk cinta kasih kepada nabi dengan perayaan yang kerap diisi dengan beragam acara dan kegiatan.
Biasanya, perayaan Maulid Nabi terdapat pembacaan Barzanji (kisah hidup nabi) atau ceramah keagamaan. Selain itu, terdapat juga perlombaan, seperti membaca Al-Qur'an, qiraah, azan, hingga salawat.
Setelah acara perayaan, biasanya diakhiri dengan makan bersama, Berbagai daerah di Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri, begitu pun dengan di Jawa Timur.
Terdapat tiga makanan khas dari Jawa Timur yang kerap dijumpai saat perayaan Maulid Nabi.
1. Nasi tumpeng
Nasi tumpeng merupakan makanan yang kerap dijumpai saat acara-acara besar atau perayaan-perayaan penting di Jawa, termasuk Jawa Timur.
Dalam tradisi kenduri Jawa, tumpeng berasal dari akronim, "yen metu kudu mempeng," yang berarti "jika hendak keluar, maka harus bersungguh-sungguh."
Makna dari hal tersebut adalah jika melakukan sesuatu hal, maka sebaiknya harus dilakukan dengan penuh kesungguhan dan usaha maksimal.
Bentuk kerucut di bagian atas nasi tumpeng merepresentasikan konsep ketuhanan. Puncak nasi tumpeng tersebut sebagai simbol harapan kehidupan yang lebih baik bagi manusia.
Sementara, lauk-pauk pendamping nasi tumpeng biasanya berjumlah tujuh macam atau pitu dalam bahasa Jawa. Ini melambangkan arti pitulungan atau pertolongan.
2. Nasi ingkung
Nasi ingkung atau sego ingkung merupakan hidangan khas yang dalam perayaan Maulid Nabi di Jawa Timur.
Makanan ini terdiri dari nasi putih yang dimasak dengan santan sehingga membuat rasanya gurih. Dalam penyajiannya, nasi ingkung berisikan ayam utuh serta lauk lainnya.
Makna simbolis dari hidangan ini adalah sebagai bentuk doa agar masyarakat diberkahi dan dijauhkan dari bencan.
Dilansir dari Kompas, ayam ingkung memiliki arti mengayomi, yang diambil dari kata jinakung. Dalam Bahasa Jawa kuno, menekung artinya memanjatkan doa.
3. Endhog-endhogan
Endhog-endhogan merupakan tradisi khas Banyuwangi yang dilakukan tiap perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Kata endhog sendiri berarti telur. Sementara, tradisi endhog-endhogan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menghias telur. Biasanya, telur yang digunakan adalah dari bebek.
Dalam perwujudannya, tradisi ini dibuat dengan kembang endhog, yaitu telur rebus yang ditusuk ke batang pisang yang telah dihias (disebut jodhang).
Setelah itu, akan diarak keliling kampung dengan menyanyikan pujian-pujian atau salawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Filosofi dalam penggunaan telur ini mempunyai makna simbolis. Telur terdiri dari lapisan, yaitu kulit, putih telur, dan kuning telru. Semuanya itu melambangkan iman, islam, dan ihsan.
Editor : Khasan Rochmad