Pembaruan brand Twitter menjadi X tidak muncul tiba-tiba. X, satu huruf tersebut, adalah sejarah panjang perjalanan Elon Musk, bos Twitter saat ini, yang telah malang melintang sebagai pengusaha teknologi. Itu sekaligus juga menjadi gambaran dari visi Elon Musk, bos Twitter saat ini, untuk menciptakan ”aplikasi segalanya”.
Business Insider menulis, nama X mengingatkan kembali pada masa-masa ketika Elon Musk masih berusia 28 tahun. Ketika itu, Musk muda sudah berambisi merintis layanan perbankan online.
Kisahnya bermula pada 1999. Saat itu Musk menjual Zip2, perusahaan yang menyediakan perangkat lunak panduan perjalanan kota ke surat kabar. Perusahaan itu dijual seharga USD 341 juta atau sekira Rp 5,1 triliun. Musk memperoleh USD 22 juta atau Rp 330 miliar dengan kurs saat ini dari kesepakatan itu.
Musk menggunakan uang tunai hasil penjualan Zip2 untuk fokus mengembangkan layanan perbankan. Di tahun itu Marketwatch menulis bahwa Musk memiliki gagasan membuat platform online untuk pengelolaan reksa dana.
Baca Juga : X, Satu Huruf yang Jadi Nama Sentimental bagi Bos Twitter Elon Musk
Lantas akan disebut apa layanan online tersebut? Menurut Julie Anderson Ankenbrandt, mantan eksekutif PayPal, nama itu terlahir di latar yang sangat khas Silicon Valley: sebuah kafe.
”Pernah di suatu malam di mana Elon, pendiri perusahaan lainnya... dan saya duduk mengelilingi meja ruang belakang Blue Chalk (Cafe) di Palo Alto, mencoba memutuskan apa nama perusahaan seharusnya.” tulis Ankenbrandt dalam posting Quora di 2016.
”Pada saat itu, awal 1999, tujuannya masih untuk membangun platform layanan keuangan lengkap yang revolusioner (kartu kredit, reksa dana, dan data perbankan standar semuanya di satu tempat - bayangkan saja! :) ) dan pertanyaan yang dihadapi adalah apakah menjadi q, x, atau z dot com."
Seorang pramusaji di kafe lah yang kemudian mengambil keputusan akhir.
Elon bertanya pendapat pramusaji tersebut dan dia menyukai x.com. “Elon menggebrak meja dan berkata, itu dia!,” sebut Ankenbrandt. Para pendiri sebenarnya merasa branding itu akan menjadi masalah karena asosiasi pornografi dari huruf X.
X.com lantas diluncurkan pada pengujung 1999. Selanjutnya pada 2000, x.com merger dengan Confinity, perusahaan yang didirikan Peter Thiel dan Max Levchin, yang sebelumnya merupakan kompetitor.
Namun toh penggabungan tersebut tidak berjalan mulus. Banyak percekcokan. Termasuk penggunaan nama x.com. Tak sampai setahun, Musk pun tersingkir di akhir 2000. Thiel lantas didapuk menjadi CEO baru.
Dalam biografi karangan Ashlee Vance berjudul Elon Musk: Tesla, SpaceX, and the Quest for a Fantastic Future disebutkan bahwa hampir semua orang di perusahaan menyukai nama PayPal. Pada 2021, x.com diganti namanya.
Musk segera move on dengan mendirikan SpaceX dan menciptakan Tesla. Namun sampai lebih dari satu decade, Musk tidak pernah merelakan nama X. Pada 2017, Musk membeli domain x.com dari PayPal dengan jumlah transaksi yang dirahasiakan.
“Tak ada rencana saat ini. Namun, ini memiliki nilai sentimental buatku,” cuit Musk ketika itu.
Delapan tahun setelahnya, setelah membeli Twitter seharga USD 44 miliar, Musk menggabungkan perusahaan barunya itu dengan X Corp, korporasi yang didirikan di Nevada. ”Membeli Twitter adalah percepatan untuk membuat X, aplikasi segalanya,” ujar Musk pada October 2022.
Dalam live forum, Musk mengatakan bahwa dia membayangkan layanan yang melakukan segalanya. ”Seperti Twitter, plus PayPal, plus banyak hal, dan semuanya digabung menjadi satu dengan antarmuka yang hebat.”
Akhirnya, huruf X memang selalu ada dalam semua hal yang telah disentuh Musk dalam dua dekade terakhir. X.com adalah cikal bakal PayPal. Huruf itu juga ada pada nama perusahaan SpaceX-nya. Itu juga huruf dalam nama Tesla SUV. Juga menjadi nama dalam pengembangan kecerdasan buatan X.Ai. Terakhir adalah dengan menjadikannya brand pengganti Twitter, untuk menjadikannya menjadi “aplikasi segalanya”. (Marcelino Deltinho Lay)
Editor : Sofyan Hendra