GRESIK - Bagi banyak orang, sampah adalah sisa tak berguna. Bau, kotor, dan tak layak dipandang. Tapi bagi Bejo Purwasanto, sampah adalah berkah, ladang nafkah yang ia rawat dengan penuh rasa syukur.
Setiap hari, ia menyusuri jalan-jalan kecil di Sidokumpul, Gresik. Menyapa satu per satu rumah, menjemput sisa kehidupan yang ditinggalkan warga.
Di balik tumpukan sampah rumah tangga yang tiap hari ia kumpulkan, Bejo Purwasanto menyimpan impian besar yang tak pernah padam, yakni berhaji ke Tanah Suci.
Bagi pria paruh baya yang tinggal di Gang 14, Jalan Panglima Sudirman, Sidokumpul, Gresik ini, impian itu bukan sekadar cita-cita, tapi tekad dan janji spiritual yang ia pelihara dengan sabar. Sedikit demi sedikit, rupiah demi rupiah.
Dua puluh tahun yang lalu, Bejo dan istrinya mendaftar haji. Selama itu pula, pria berusia 59 tahun menabung dari upah memungut sampah. Uang yang didapat, tak disimpan di bank atau brankas.
Uang itu ia selipkan dalam bungkus rokok, satu demi satu, hingga ratusan lembar tersimpan rapi di lemari tuanya. Disisihkan tanpa mengeluh, disimpan tanpa banyak bicara.
Namun harapannya untuk bisa ke Baitullah bersama sang istri pupus. Enam tahun silam, istrinya wafat sebelum sempat berangkat haji.
“Sejak itu, kalau tengah malam saya sering tidur di masjid. Saya merasa hanya bisa curhat sama Allah. Kalau curhat ke manusia, bisa tambah masalah,” tuturnya.
Bejo pun semakin rajin berzikir, berdoa, dan memperbanyak infak. Setiap waktu subuh, sebelum shalat dimulai, ia menyelipkan uang ke kotak infak masjid.
“Saya tidak pernah berhenti berdoa, terutama setiap melewati masjid atau musholla agar dimudahkan ke mekkah. Saya juga percaya, sedekah tidak akan membuat kita miskin,” ucapnya.
Ketika panggilan haji itu akhirnya tiba, Bejo tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. Biaya perjalanan hajinya lunas berkat tabungan yang ia sisipkan dalam bungkus-bungkus rokok selama bertahun-tahun.
Pada 29 Mei 2025 mendatang, pria murah senyum itu akan menjadi bagian dari Kloter 95 menjalankan rukun Islam kelima, berhaji ke Baitullah.
Karena istrinya telah tiada, jatah haji istrinya digantikan oleh anaknya. Bejo sendiri akan berhenti sementara dari pekerjaannya mulai 15 Mei 2025. Ia fokus mempersiapkan keberangkatannya ke Tanah suci.
Namun ia tak lantas meninggalkan pekerjaannya. Sepulang haji nanti, ia akan kembali mendorong gerobaknya, memungut sampah seperti sediakala.
Menurut Lurah Sidokumpul, Muhlison, masyarakat sekitar mengenal Bejo sebagai sosok sederhana yang tulus dan pantang mengeluh.
“Pak Bejo memang pemungut sampah. Tapi ia sangat gigih bekerja mencari nafkah. Semoga ia menjadi inspirasi bagi warga yang lain,” ujar Muhlison.
Bejo Purwasanto kini menjadi tamu Allah. Ia tak punya banyak harta, tapi ia kaya akan sabar, tekad, dan keyakinan, bahwa Allah Maha Mendengar doa hamba-Nya, bahkan dari balik tumpukan sampah.(*)
Editor : A. Ramadhan