KEDIRI - Di tengah menjamurnya barbershop modern dengan interior mewah dan harga fantastis, seorang pria di Kediri tetap teguh melestarikan profesi klasik: tukang cukur pinggir jalan. Dialah Imam Falahudin, pria berusia 41 tahun yang setiap hari membuka lapak sederhana di bawah dua pohon rindang di kawasan Kelurahan Bawang, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.
Dengan hanya berbekal mesin cukur, sisir, dua cermin, dan baterai sebagai sumber listrik, Imam sudah lima tahun menekuni profesi ini sejak masa pandemi Covid-19. Meski minim fasilitas, pelanggannya tak pernah sepi. Setiap harinya, ia mampu melayani hingga 15 orang yang datang bukan hanya untuk memangkas rambut, tetapi juga menikmati suasana pedesaan yang asri, udara sejuk, dan semilir angin dari hamparan sawah di sekitar lokasi.
Yang paling mencengangkan, tarif cukur rambut di tempat Imam hanya Rp7.000, dan belum pernah naik sejak lima tahun lalu. Harga ini jauh lebih murah dibandingkan barbershop modern yang mematok tarif mulai dari Rp20.000 hingga Rp25.000 per kepala.
“Di sini cukurnya enak, murah, dan suasananya nyaman. Serasa nostalgia zaman dulu,” ujar Supriyono, salah satu pelanggan tetap Imam.
Baca Juga : Tukang Cukur Rambut Bawah Pohon Bertahan di Tengah Modernisasi
Keunikan lain dari lapak Imam adalah kesederhanaannya yang tetap fungsional. Ia menyiapkan dua cermin satu di depan dan satu di belakang agar pelanggan bisa melihat hasil potongan rambut dari berbagai sisi. Sementara untuk listrik, Imam mengandalkan baterai portabel yang ia bawa dari rumah.
“Saya buka setiap hari jam 9 pagi sampai jam 3 sore, kecuali hari Jumat saya libur,” tutur Imam.
Keberadaan tukang cukur pinggir jalan seperti Imam seolah menjadi oase nostalgia di tengah modernisasi kota. Ia mengingatkan kembali pada masa 80-an hingga 90-an, ketika jasa potong rambut seperti ini banyak ditemukan di pinggir jalan sebelum akhirnya tergeser oleh modernitas.
Baca Juga : Satlantas Polres Kediri Kota Amankan Lebih dari 10 Ribu Pelanggar Selama Operasi Patuh Semeru 2025
Dengan semangat dan ketekunannya, Imam Falahudin membuktikan bahwa kesederhanaan dan kejujuran dalam memberikan layanan bisa menjadi daya tarik tersendiri di era serba digital seperti sekarang. (Beny Kurniawan)
Editor : JTV Kediri