Demokrasi memberikan ruang bagi rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam proses pemerintahan. Salah satu bentuk partisipasi yang paling fundamental adalah melalui pemilihan pemimpin.
Namun, dalam pesta demokrasi sering kali kita dihadapkan pada janji-janji manis dari para calon pemimpin.
Janji-janji tersebut kerap kali terdengar sangat menarik dan menggiurkan. Tak jarang juga bersifat tidak realistis atau bahkan mustahil untuk diwujudkan.
Apakah dengan membuat janji yang tidak realistis akan mendapat perhatian rakyat? Tentu tidak. Mata rakyat tajam, tak mudah dibodohi. Rakyat sekarang sudah kritis dan canggih.
Sebagai warga negara yang cerdas, kita harus mampu menyikapi hal ini dengan sikap kritis agar tidak termakan janji yang tidak realistis.
Kritis di sini bukan berarti skeptis terhadap semua janji, melainkan lebih kepada kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan membandingkan janji-janji tersebut dengan fakta dan realitas yang ada.
Dengan bersikap kritis, kita dapat memilih pemimpin yang benar-benar berkompeten dan memiliki visi jelas.
Rakyat perlu bertanya pada diri sendiri: Apakah janji-janji tersebut masuk akal? Apakah calon pemimpin tersebut memiliki kapasitas dan integritas untuk menepatinya? Apakah janji-janji tersebut sejalan dengan kepentingan rakyat?
Sikap kritis dari rakyat akan memaksa para pemimpin untuk lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan tugasnya. Mereka akan berpikir dua kali sebelum membuat janji-janji yang tidak realistis.
Dalam berpolitik, kejujuran dan integritas sangat penting. Janji-janji politik haruslah komitmen yang serius, bukan sekadar alat untuk meraih kekuasaan.
Calon pemimpin harus jujur dan bertanggung jawab dalam menyampaikan janji-janji kampanye. Janji yang tidak realistis atau tanpa dasar yang jelas merupakan bentuk penipuan terhadap rakyat.
Tak hanya itu, janji-janji yang tidak realistis juga hanya akan menimbulkan kekecewaan jika tidak terwujud. Kekecewaan yang berkepanjangan dapat memicu apatisme politik dan bahkan ketidakpercayaan terhadap sistem demokrasi.
Penting untuk diingat bahwa demokrasi adalah proses yang berkelanjutan. Kita tidak hanya memilih pemimpin setiap lima tahun sekali, tetapi juga harus terus mengawasi kinerja mereka dan memberikan masukan yang konstruktif.
Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa pemimpin yang kita pilih benar-benar bekerja untuk kepentingan rakyat.
Kita sebagai rakyat yang memiliki hak suara, harus benar-benar dapat mempertimbangkan pilihan kita.
Bandingkan program kerja yang ditawarkan oleh masing-masing calon pemimpin. Pilihlah program yang realistis dan memiliki dampak positif bagi masyarakat.
*) Dhenis Syiva, penulis yang selalu haus akan isu baru. Penggila kata yang senang menyelami dunia buku sekaligus pencandu warna biru.
**) Penulis adalah salah satu peserta magang JTV Digital periode September-Desember 2024
Editor : Khasan Rochmad