SURABAYA - Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengukuhkan 12 guru besar baru, di gedung Rektorat Unair, Kamis (7/9/2023). Salah satunya yakni Prof Dr Suparto Wijoyo dari Fakultas Hukum Unair yang mengangkat tema "Menumbuh kembangkan pohon hayat hukum lingkungan administrasi untuk mengatasi krisis iklim".
Dalam orasi ilmiahnya, Suparto memaparkan kesehatan bumi sedang dipertaruhkan dari ancaman pemanasan global (Global Warming) dan perubahan iklim (Climate Change). Dimana suhu bumi kian panas akibat jumlah karbon dioksida yang berlebihan.
Suparto mengatakan, menyelamatkan Indonesia dari krisis iklim adalah tugas kontitusional sehingga siapapun yang mencemari lingkungan akan melanggar konstitusi.
"Ikhtiar mengatasi krisis iklim secara yuridis memang harus diatur. Pengangan emisi GRK tidak cukup dikhotbahkan dengan kesadaran moral melainkan harus otoritas negara berupa perangkat hukum," katanya.
Hal ini ia tuangkan dalam skema pohon hayat hukum lingkunngan administrasi yang memberikan basis keabsahan setiap tindakan pemerintahan dalam mengatasi krisis iklim. Lebih lanjut ia menjelaskan, dipilihnya pohon karena pohon adalah manifestasi asal muasal kehidupan.
"Pohon dalam literasi tutur masyarakat pedesaan Jawa adalah taru, tetapi di kampung-kampung pedalaman Jawa populer istilah wit-witan alias wiwitan yang berarti permulaan. Pohon menjadi penanda episode kehidupan karena akarnya menjadi bank air, batang-cabang-ranting dan daunnya merupakan penyedia material kebutuhan makhluk hidup," terangnya.
Di dalamnya meliputi keabsahan ideologis, keabsahan konstitusional, keabsahan yuridis normatif, keabsahan ekologis , keabsahan institusional dan keabsahan instrumental.
Suparto juga mengatakan, hal ini juga terlihat dari kualitas udara yang memburuk dan berimbas pada kesehatan warga . Pemerintah harus menyediakan udara yang baik dan sehat. Salah satu caranya dengan mengendalikan langsung pada sumbernya.
"Pada akhirnya hukum harus bertindak sebagai instrumen penyelamatan krisis iklim, pengurangan energi fosil, pengurangann gas rumah kaca, dan pengalihan ke energi terbarukan," pungkasnya.(Selvi Wang)
Editor : M Fakhrurrozi