TULUNGAGUNG - Musim giling tahun 2025 di Pabrik Gula (PG) Modjopanggoong, Tulungagung, mencatatkan produksi yang kurang optimal. Faktor cuaca menjadi penyebab utama menurunnya rendemen tebu yang berdampak langsung pada hasil produksi gula.
Hingga pertengahan Agustus, atau sekitar 85 hari sejak musim giling dibuka pada 21 Mei lalu, PG Modjopanggoong baru menghasilkan total 14.824 ton gula. Angka ini diperoleh dari penggilingan sekitar 231 ribu ton tebu, mayoritas berasal dari petani lokal Tulungagung, serta sebagian dari wilayah Blitar dan Trenggalek.
Rendemen tebu (yaitu perbandingan antara berat tebu yang digiling dengan gula yang dihasilkan) tercatat lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Pada awal musim giling, rendemen hanya berkisar di angka 6 persen. Memasuki bulan Agustus, angka tersebut naik menjadi sekitar 7 persen. Namun secara rata-rata, rendemen tahun ini hanya mencapai 6,5 persen. Sebagai perbandingan, rendemen pada musim giling tahun 2024 mampu menembus angka 8 persen.
"Cuaca menjadi tantangan utama tahun ini. Hingga pertengahan Agustus, hujan masih kerap turun sehingga memengaruhi kualitas tebu yang masuk ke pabrik," ungkap Sugiyanto, General Manager PG Modjopanggoong.
Baca Juga : Musim Giling, PG Gempolkrep Targetkan Produksi 83 Ribu Ton Gula
Dengan rata-rata penggilingan 31 ribu kuintal tebu per hari, produksi harian gula di PG Modjopanggoong bervariasi, namun umumnya berada di kisaran 200 ton atau sekitar 2.000 kuintal.
Meski menghadapi tantangan cuaca dan keterbatasan mesin produksi yang tergolong tua, pihak manajemen tetap optimistis mampu bersaing dengan pabrik gula modern. Tahun ini, target pengolahan ditetapkan sebesar lebih dari 381 ribu ton tebu, yang bersumber dari lahan seluas 5.372 hektare di Tulungagung, Trenggalek, dan Blitar. (Agus Bondan/Beny Setiawan)
Editor : JTV Kediri