Pilkada Jawa Timur 2024 semakin dekat, dan pastinya persaingan antar paslon semakin sengit. Para calon berlomba-lomba untuk mencari dukungan, melakukan kampanye, dan menarik simpati. Apakah di momen pilkada kali ini kepentingan rakyat benar-benar didengar?
Banyaknya janji manis seperti menyejahterakan rakyat dan pembangunan terus diulang setiap pemilu. Namun, apakah janji tersebut benar-benar ditepati, atau hanya untuk menarik simpati? Masih banyak masyarakat yang ragu apakah pilkada kali ini akan membawa perubahan nyata atau hanya janji manis saja.
Saat ini, suara rakyat seringkali terabaikan karena kepentingan elit. Elit politik memiliki kekuatan dalam menguasai jalannya pilkada. Mereka memiliki jaringan yang kuat sehingga dapat dengan mudah memobilisasi dukungan. Banyak masyarakat yang berpikir bahwa mereka hanya menjadi bagian kecil dari permainan politik.
Untungnya masyarakat Jawa Timur saat ini lebih kritis. Banyaknya gen z saat ini yang mulai sadar akan politik. Media sosial menjadi wadah para gen z untuk mengutarakan pikiran mereka. Melalui media sosial, mereka berani menuntut tindakan nyata dari calon pemimpin dan mendorong perubahan dalam tata kelola pemerintahan.
Baca Juga : Jelang Debat Ketiga, Gumelar-Rudi Siapkan Jurus Selesaikan Masalah di Kota Batu
Banyak masyarakat khawatir bahwa kepentingan elit akan mengesampingkan suara rakyat. Minimnya transparansi dalam politik menciptakan ketidakpercayaan, membuat masyarakat merasa bahwa suara mereka tidak benar-benar dihargai.
Hal ini menimbulkan keresahan, di mana banyak yang merasa terasing dalam proses pengambilan keputusan yang seharusnya mewakili kepentingan masyarakat bukan hanya kepentingan para elit.
Pilkada Jatim 2024 menjadi momen penting untuk masa depan Jawa Timur lima tahun ke depan. Apakah para calon pemimpin akan mengutamakan rakyat atau hanya fokus pada kepentingan segelintir orang? Rakyat berharap pemimpin yang mampu mengatasi masalah nyata bukan hanya janji manis belaka.
Baca Juga : Jelang Debat Pamungkas, Paslon KriDa Siap Paparkan Visi Misi Kota Batu Mendunia
Kepercayaan publik pada demokrasi harus dijaga. Jika pilkada hanya dikendalikan oleh elit, demokrasi dapat hancur. Karena demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Pilkada bukanlah tentang siapa yang menang, tapi bagaimana proses demokrasi dapat berjalan. Pilkada menjadi pengingat bagi elit politik bahwa tanpa rakyat, demokrasi tidak akan berarti. Suara rakyat harus benar-benar didengar sehingga masa depan Jawa Timur tidak hancur.
Vox populi, vox dei!
Baca Juga : Paslon Nurochman-Heli Siap Hadapi Debat Terakhir Pilkada Kota Batu
*) Evril Stefie, mahasiswi yang suka makan tengah malam dan dengerin playlist Whisnu Santika. Ingin menjadi diplomat biar berkontribusi untuk Indonesia.
**) Penulis adalah salah satu peserta magang JTV Digital periode September-Desember 2024.
Editor : A.M Azany