SURABAYA - Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 2022, juga terjadi di Jawa Timur. Sejumlah peternak di beberapa daerah di Jawa Timur pun terdampak dengan tidak berproduksi. Tak terkecuali peternak sapi perah di Kota Batu.
Padahal, Kota Batu dikenal merupakan penghasil susu sapi yang tidak hanya terkenal di Jawa Timur, tapi juga di Indonesia. Salah satu peternak sapi perah di Kota Batu yang terdampak wabah PMK ini adalah peternak sapi di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Produksi susu sapi di Dusun Brau menurun 5 liter per hari dari sebelumnya 15 liter hingga 30 liter susu per hari. Hal ini dikarenakan sejumlah sapi milik peternak mati akibat diserang wabah PMK. Dilaporkan dari 1.500 ekor sapi di Dusun Brau, 300 ekor sapi mati akibat wabah PMK.
Munir Khan, Ketua Kelompok peternak sapi pera Dusun Brau mengungkapkan berkurangnya sapi menjadi 1.200 ekor sapi turut mempengaruhi jumlah produksi susu sapi. Saat ini, produksi susu sapi dibawah 5.000 liter sapi per hari. Padahal, sebelum ada wabah PMK, produksi susu sapi mencapai 5.000 liter sapi bahkan lebih.
"Akibat wabah PMK ini, produksi susu sapi warga menurun drastis. Produksi susu berkurang hingga 0-5 liter perhari. Padahal sebelum PMK, satu orang bisa setor antara 15-30 liter/ekor susu setiap pagi ke koperasi. Ada pula warga yang sore hari setor susu 15-30 liter," katanya.
Munir menambahkan, dampak dari wabah PMK ini juga turut mempengaruhi harga jual sapi. Bila sebelum PMK, satu indukan sapi perah yang pernah beranak dan diperah susunya bisa laku hingga Rp 30 juta. Namun, ketika PMK, harga jual seekor sapi turun menjadi Rp 2,5 juta.
“Turunnya harga sapi juga terjadi pada harga pedet. Ssebelum PMK bisa mencapai Rp 5-7 juta, tergantung bobot sapi. Namun, ketika PMK satu ekor pedet dihargai Rp 2 juta. Dan itu sangat memukul peternak," papar pria asal Dusun Brau RT 04 RW X.
Kepanikan warga Brau akibat wabah PMK, juga dirasakan peternak sapi di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Wabah PMK tak hanya membuat produksi susu menurun drastis, tapi juga membuat sapi milik peternak mati.
Al Wahid, salah satu peternak sapi menyampaikan, bila virus PMK itu benar-benar memukul peternak sapi di Desa Pujon Kidul. Penyebarannya yang cepat membuat sejumlah sapi mati dan produksi menurun drastis. Bahkan, sapi yang mati mencapai ribuan ekor.
"Punya saya 30 ekor sapi kena PMK semua. Alhamdulillah tidak ada yang mati. Namun produksi susu yang dihasilkan menurun drastis, bahkan ada yang tidak menghasilkan susu, sehingga tidak bisa berproduksi sama sekali," ujarnya.
Hal yang sama dialami Eko Yuli, peternak yang mengungkapkan bila sebelum PMK, sapi ternaknya bisa memproduksi susu 25 liter perhari dan disetor ke Koperasi SAE Pujon. Dari penjualan susu ke koperasi tersebut, Eko mengaku bisa mendapatkan uang Rp 9 juta bersih untuk 15 hari.
"Saat diserang PMK, produksi susu sapi anjlok sampai 6 liter perhari. Penghasilan yang saya dapat tidak sampai Rp 2 juta. Harga jual sapi pun anjlok. Dulu harga per ekor sapi Rp 20 juta, namun waktu virus PMK turun jadi Rp 2-3 juta,” ungkapnya.
Sekretaris Koperasi SAE Pujon, Nuryakin memaparkan sebelum PMK, produksi susu di Pujon mencapai 125 ton perhari dengan populasi sapi 25.000 ekor. Jumlah sapi tersebut, kini tinggal 20.665 ekor. Artinya, ada 4.335 sapi yang mati, dipotong paksa dan dijual ke orang lain.
Produksi susu otomatis berkurang. Ketika terjadi wabah PMK bulan Juli 2022, produksi susu turun menjadi 60 ton/hari dari produksi susu sebelumnya 125 ton. Terdiri dari 40 ton dalam bentuk susu segar dan 20 ton susu tidak bisa dijual dan koperasi harus tetap membeli dengan harga normal.
Kerugian total akibat produksi susu turun mencapai Rp 11 miliar. Sebelum PMK, Nuryakin menyebut Koperasi SAE Pujon, memiliki asset sebesar Rp 125 miliar. Kini assetnya tinggal Rp 120 miliar. Penurunan asset itu, karena pihak koperasi ikut membantu warga yang sapinya masih produksi meninggal kena PMK dengan dana kerohanian sebesar Rp 3,5 juta.
“Kasihan peternaknya. Saat sapi mati ada visum, diganti Rp 3,5 juta. Yang potong paksa dan masih bisa dimanfaatkan diberi bantuan Rp 1 juta/ekor. Anggaran itu berasal dari dana cadangan koperasi,” jelas Nuryakin.
Bantuan lain yang diberikan kepada warga, yaitu vaksin, obat-obatan dan pakan ternak. Pihak koperasi menerima bantuan pakan dari pemerintah 300 ton dan disalurkan ke peternak dengan jumlah yang tidak sama besarnya.
“Kalau dibagi per ekor dapat 20 kg untuk pakan sapi selama 15 hari,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, Dr. Ir. Indyah Aryani, MM mengungkapkan diawal munculnya PMK pada Mei 2022, penyebaran PMK di Jawa Timur sulit dikendalikan dan para peternak panik karena banyak sapi yang meninggal akibat PMK, sedangkan Pemprov Jawa Timur tidak memiliki obat.
Dalam kondisi kritis, Indyah Aryani meminta Gubernur Khofifah Indar Parawansa untuk membuat Surat Edaran yang dijadikan dasar untuk mengakses dana belanja tidak terduga (BTT). Ironisnya setelah SE Gubernur Jawa Timur keluar, muncul Permendagri No 1 yang menyatakan dana BTT harus nempel di program.
Tak hanya itu, Mendagri membantu akses dana BTT kepada daerah mana saja yang belum menggunakan dana BTT. Meski sedikit, namun dana BTT dinilai membantu menanggulangi PMK di daerahnya masing-masing. Inilah bagian dari proses yang dilalui bersama, membangun tim yang menjadi kunci pengendalian PMK.
Tim pengendalian PMK lengkap, terdiri dari berbagai unsur. Mulai dari pemerintah pusat, Mendagri, satgas PMK dari BNPB, Kementerian Pertanian hingga Kementerian Perekonomian. Dari internal, ada TNI/Polri, asosiasi, fakultas kedokteran hewan di Malang dan Surabaya dan media.
“Kita mendapat support luar biasa dari Ibu Gubernur. Melalui arahan Gubernur, kita bisa melalui masa-masa sulit untuk pengendalian PMK yang sudah berjalan satu tahun. Dalam satu tahun ini, progesnya cukup bagus dari hasil vaksinasi yang kita kerjakan,” paparnya.
Berdasar data Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, vaksinasi dilaksanakan mulai 25 Juni 2022 hingga 22 Agustus 2023 di 38 Kab/Kota. Dari alokasi 7.266.950 dosis vaksin yang dikucurkan pemerintah pusat, baru realisasi 6.761.694 dosis. Jutaan dosis vaksin itu, digelontorkan ke seluruh 38 kabupaten/kota.
Sebaran vaksin di Jawa Timur, terdiri dari 38 Kab/Kota, kecamatan 653 dari jumlah kecamatan 664 (98%) di Jatim dan desa/kelurahan 7.462 (88%) dari 8.501 desa/kelurahan di Jatim. “Target kita tahun 2023, sebanyak 7.266.950 dosis sudah habis semua,” tandasnya.
Masih di 2022, total vaksinasi PMK di Jawa Timur sebanyak 2.532.879 dosis. Rinciannya, vaksin 1 sebanyak 1.723.374 dosis dan vaksin 2 sebanyak 809.505 dosis. Sedangkan total vaksinasi PMK di Jawa Timur mulai 1 Januari-22 Agustus 2023 sebanyak 4.113.532 dosis, terdiri dari vaksin ke 1 (2.556.940 dosis), vaksin ke 2 (1.078.654 dosisi) dan vaksin Booster (477.938 dosisi. Rata-rata perhari sebanyak 17.579 dosis.
Capaian vaksinasi PMK berdasarkan total hewan rentan (sapi dan kerbau). Yaitu, sapi potong tervaksin 2.106.592 ekor (46%) dari total populasi 4,9 juta ekor, sapi perah tervaksin 201.995 ekor (71%) dari populasi 301.000 ekor, kerbau tervaksin 3.717 ekor (19%) dari populasi 18.962 ekor.
Untuk kambing, capaian vaksinasi PMK, 1.515.555 ekor (39%) dari populasi 3,7 juta ekor, domba tervaksin 419.538 ekor (29%) dari populasi 1,4 juta, babi tervaksin 32.232 ekor (62%) dari populasi 48.780 ekor.
Dinas Peternakan Jawa Timur mencatat situasi PMK hingga 22 Agustus 2023 di 38 kab/kota di Jawa Timur terdapat 199.973 kasus. Rinciannya, sapi mati 4.414 ekor (2,21%), potong paksa 2.707 ekor (1,36%), sakit 139 ekor (0,08% dan sembuh 192.712 ekor (96,35%).
“Rata-rata capaian vaksin di Jawa Timur 12.061 dosis. Kalau habis tinggal minta lagi. Pemerintah Pusat punya stok 10,4 juta ternak rentan di Jawa Timur,” terangnya.
Total vaksinasi di Indonesia hingga 22 Agustus 2023 sebanyak 17.565.437 dosis, dan Jawa Timur berkontribusi 39%. Tingginya vaksinasi di Jawa Timur, mendapat penghargaan dari Pemerintah Pusat sebagai Provinsi dengan kinerja vaksinasi PMK terbaik nasional.
Gerak cepat Dinas Peternakan melakukan vaksinasi massal membuat asa peternak kembali muncul. Kondisi wabah mulai bisa dikendalikan dan peternak kembali lagi meski belum maksimal.
Pemprov Jatim melalui Disnak Jatim tidak hanya melakukan upaya mengenjot Vaksinasi, tapi juga peningkatan populasi sapi perah lewat Inseminasi buatan sebagai upaya pemulihan sektor peternakan dari hulu hingga hilir pasca serangan virus penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Hingga saat ini vaksinasi pada sapi potong maupun sapi perah di Jatim masih terus berjalan. Meski status Jatim sudah menurun daerah wabah menjadi daerah tertular PMK dan zero case PMK, tapi vaksinasi terus digenjot. Hal ini dilakukan untuk memastikan sapi-sapi di Jatim benar-benar bebas dari virus PMK," ungkap Indyah Aryani saat memantau vaksinasi PMK massal di peternakan sapi perah di kawasan Pujon Kabupaten Malang.
Indyah Aryani menambahkan angka kasus juga semakin menurun sangat signifikan. Dari semula 15.000 kasus per hari pada awal wabah, menjadi 10 kasus per hari pada 2023 dengan tingkat kesembuhan mencapai 96,4 %.
Atas pengendalian itu, sejak 15 Juni 2023 seluruh Kabupaten/Kota di Jatim telah diturunkan statusnya dari wabah menjadi tertular. Hal ini sebagaimana Keputusan Menteri Pertanian Nomor 311/KPTS/PK.320/M/06/2023 Tentang Penetapan Status Situasi Penyakit Hewan.
Kepala Dinas yang akrab disapa Indy ini menambahkan dengan berbagai upaya pemulihan performa sapi perah, kini penyakit mulut dan kuku (PMK) dinyatakan mulai melandai. Bahkan menyebut nol kasus selama sepekan terakhir.
Wanita berkacamata ini mengatakan Disnak secara masif juga telah menggelontorkan bantuan konsentrat pada peternak sapi perah, dengan memberikan kuota konsentrat pakan sebanyak 20 kilogram per ekor sapi.
"Total sudah ada 25 ribu ton konsentrat yang kita gelontorkan pada teman-teman peternak kita. Dan ini sudah berjalan dalam tiga bulan, hasilnya pun signifikan, pemberian makanan yang bergizi pada ternak berpengaruh pada peningkatan kuantitas dan kualitas produksi susu ternak," tegasnya.
Karena hasilnya signifikan, pemberian konsentrat ini masih akan ditambah, untuk membantu memenuhi kebutuhan susu di Jatim. berdasarkan data, kebutuhan susu di Jatim mencapai 2.000 ton per hari.
"Saat ini produksi susu kita memang belum pulih. Masih sekitar 1.600 an liter per hari. Artinya ada 15-18 persen belum kembali pulih. Dan upaya peningkatan produktivitas akan terus kita lakukan," tandasnya.
Tidak hanya itu, Pemprov Jatim juga melakukan upaya untuk meningkatkan populasi sapi yang cukup menurun signifikan akibat terdampak virus PMK, terutama karena ternak yang terserang PMK cenderung tidak mau birahi dan susah untuk berkembang biak. Cara yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan inseminasi buatan.
"Jumlah sapi perah kita 305 ribu ekor di Jatim. Memang jauh lebih sedikit dibanding sapi potong kita yang mencapai 4,9 juta ekor. Untuk itu kita sedang memacu dengan melakukan inseminasi. Targetnya tahun ini kawin suntik bisa mencapai 1,9 juta ternak," kata Indy.
Dengan target yang tak sedikit, Indy mengaku saat melakukan inseminasi buatan pada ternak sapi perah pasca PMK juga tidak mudah.
Lantaran kondisi ternak yang tidak fit di tengah wabah, kawin suntik yang dilakukan kerap gagal. Setiap inseminasi buatan tidak selalu berhasil.
"inseminasi buatan yang dilakukan juga sebagai upaya agar ternak yang nantinya dilahirkan menghasilkan anakan betina, agar populasi sapi perah bisa meningkat pesat. Yang juga kita lakukan adalah straw sexing. Jadi Kromosomnya sudah dipisah. Sehingga begitu diinseminasi buatan yang lahir sapi betina. juga transfer embrio kegiatan seperti bayi tabung, pada sapi," terangnya.
Dalam rangka mengapresiasi tim pengendali PMK, Pemprov Jatim melalui Dinas Peternakan Jatim memberikan penghargaan kepada 2.500 petugas pada Maret 2023. Karena mereka telah mendedikasikan seluruh waktu dan kemampuannya untuk bangsa dan negara dalam upaya pengendalian PMK.
"Penyematan medali Jer Basuki Mawa Beya dari Gubernur Khofifah kepada tokoh peternakan dalam pengendalian PMK di Jatim pada saat Upacara HUT ke-78 Kemerdekaan RI di Gedung Negara Grahadi," tuturnya.
Dibalik keberhasilan capaian vaksinasi PMK di Jatim ada tenaga vaksinator yang bekerja keras melakukan vaksinasi. Dengan membawa kotak pendingin alias cooler berisi Vaksin Booster Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), tenaga vaksinator ini tanpa mengenal lelah, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bahkan, medan terjal melintasi pegunungan, dan musim hujan yang terjadi saat Pandemi mereka lalui, untuk bisa secepatnya melakukan vaksin pada hewan ternak yang terserang PMK.
Ada pula kisah lain perjuangan. Dimana, awal-awal Pandemi, beberapa pemilik ternak sempat menolak kedatangan mereka. Namun karena gencarnya edukasi dan sosialisasi, pemilik sapi mulai paham, bahkan meminta sendiri jadwal vaksinasi PMK kepada petugas.
Dan saat ini tengah berlangsung Vaksin Booster PMK Tahap II atau vaksinasi keempat. Vaksin Booster PMK Tahap II merupakan langkah lanjutan dari penanganan wabah yang melanda dunia peternakan ruminansia di Indonesia sejak 2022 lalu.
Koordinator Wilayah Penanganan PMK Kecamatan Pujon, drh Anung Wibowo menargetkan minimal mampu menginjeksikan 1.000-1.200 dosis per hari. Untuk merealisasikan target tersebut, 10 tim diterjunkan, menyebar di 10 desa setiap jadwal vaksinasi berlangsung.
Sapi yang sudah mendapatkan vaksin kemudian ditandai dengan kartu barcode tagging berwarna kuning yang ditali pada masing-masing telinga. Barcode tagging adalah inisiasi Dinas Peternakan Jatim.
"Ini untuk sensus biar nggak terjadi penularan wabah antar daerah," kata drh Anung Wibowo sambil menunjukkan kertas berwarna kuning yang menggantung pada bagian telinga sapi.
Barcode tagging itu meliputi data sapi-sapi secara komprehensif. Ada nama pemilik, umur dan jenis kelamin sapi, kota asal, kondisi kesehatan ternak serta data vaksin yang sudah disuntikkan. Kurang lebih mirip nomor induk.
Dokter Anung mengungkapkan, barcode tidak bisa dipalsu. Karena data ini langsung terintegrasi dengan layanan informasi digital Dinas Peternakan Jatim untuk memudahkan tracking atau pelacakan lalu lintas ternak antar wilayah.
Dan kini Jatim berhasil menembus masa kritis wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak. Gudang ternak nasional menjadi branding bagi Jatim untuk komoditas peternakan karena telah terbukti memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan daging, susu dan telur untuk provinsi lain.
Pejabat Otoritas Veteriner Jatim, Iswahyudi mengungkapkan, Jatim menguasai semua produk peternakan. Kontribusi produksi sapi perah Jatim terhadap nasional sebesar 52 persen, sapi potong 28 persen, ayam pedaging maupun petelur juga peringkat satu nasional.
Produk turunan peternakan secara otomatis juga tinggi. Antara lain seperti susu. Kontribusinya mencapai 54 persen terhadap produksi susu segar nasional.
"Peringkat dua hanya kambing sama domba. Lainnya peringkat satu semua," kata Iswahyudi.
Sampai detik ini, Jatim bisa mempertahankan posisi tersebut. Sebagaimana slogan "Dari Jawa Timur untuk Indonesia."
"Makanya kita punya slogan dari Jawa Timur untuk Indonesia karena kita sudah berhasil swasembada untuk kebutuhan Jatim dan kita justru berkontribusi untuk provinsi lain," lanjutnya.
Distribusi produk peternakan Jatim menyebar ke seluruh wilayah di Indonesia. Misal telur dan daging ayam biasanya dikirim ke Indonesia Bagian Timur dan Jabodetabek.
Sedangkan wilayah distribusi daging sapi ke Daerah Jabodetabek, susu ke pabrikan atau industri pengolahan di Jatim seperti Greenfield Indonesia, Indolacto dan Nestle. Sebagian juga dikirim ke Susu Bendera atau Frisian Flag.
Jatim juga dikenal sebagai provinsi penyokong ketahanan pangan di Indonesia.
"Ketahanan pangan terkait produk peternakan seperti susu, telur, dan daging semua kita juaranya nasional. Jatim berkontribusi tinggi terhadap nasional," terangnya.
Upaya untuk mempertahankan posisi Jatim sebagai lumbung gizi dan protein adalah dengan melindungi hewan ternak agar tetap sehat. Karena jika ternak sehat, produktivitasnya akan meningkat.
Termasuk juga menjaga pasokan pakan ternak. Banyak peternak Jatim sudah memanfaatkan limbah pertanian untuk diolah menjadi pakan ternak, seperti jerami (batang padi) dan tebon (batang) jagung.
"Selain hemat, sekaligus memanfaatkan berkah luasan hasil lahan pertanian di Pulau Jawa terutama di Provinsi Jatim,"
"Biasanya untuk kegiatan peternakan harus memanfaatkan limbah pertanian walaupun rumput juga ditanam tetapi porsinya kan nggak banyak. Kalau rata-rata peternak sapi potong tidak mungkin menanam rumput, hanya di pematang sawah, lainnya untuk pertanian," jelas Iswahyudi.
Komitmen Gubernur Khofifah dalam mewujudkan swasembada pangan nasional terutama dalam produk protein hewani turut menjadi barometer nasional.
Keberhasilan Jatim mempertahankan posisi sebagai gudang ternak dan gudang susu nasional sejalan dengan berbagai langkah preventif dan pengendalian PMK.
Peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha bidang peternakan yang diharapkan menjadi penopang dalam penyediaan sumber protein hewani di Indonesia.(Dewi Imroatin)
Editor : M Fakhrurrozi