Beberapa waktu yang lalu, warga Surabaya dihebohkan dengan kasus bunuh diri seorang mahasiswa yang melompat dari gedung kampus, dipicu oleh depresi dan tekanan hidup. Kasus ini memicu pertanyaan serius: Apakah kesehatan mental Generasi Z sudah sedemikian parah, dan bagaimana solusinya?
Pada Sabtu, 5 Oktober 2024, diadakan forum bertajuk "Munio" (dalam bahasa Jawa berarti ‘berbicaralah’) di halaman kampus Stikosa AWS. Forum ini digagas oleh Jokanan Kristono, Ketua Stikosa AWS, dan Suko Widodo, pakar komunikasi dari Unair. Acara ini menghadirkan berbagai tokoh, aktivis, mahasiswa, dan media untuk berbicara tentang pentingnya menjaga kesehatan mental melalui komunikasi dengan tema “Jangan menyakiti diri, berkomunikasilah dulu”.
Kesehatan mental sangat memengaruhi eksistensi Gen Z, terutama karena mereka hidup di tengah tantangan dan peluang yang diciptakan oleh kemajuan teknologi dan media. Gen Z, yang lahir antara 1997 dan 2012, cenderung mengalami stres dan kecemasan tinggi, yang dipicu oleh tekanan akademis, beban kuliah, ketidakpastian ekonomi keluarga, hingga sulitnya mencari pekerjaan.
Selain itu, Gen Z tumbuh di tengah gempuran media sosial yang menuntut keterhubungan sosial. Hal ini kerap membuat mereka membandingkan hidupnya dengan orang lain, yang akhirnya memicu rasa insecure, menciptakan kesenjangan sosial, serta meningkatkan kecemasan dan depresi. Media sosial, meskipun memberikan kesempatan mengekspresikan diri dan membangun brand pribadi, juga membawa dampak buruk seperti ketergantungan, gangguan produktivitas, serta cyberbullying yang dapat merusak kesehatan mental.
Baca Juga : Munio, Sebuah Gagasan Besar untuk Berbicara
Salah satu alasan utama Gen Z mengalami stres adalah rasa kesepian dan kurangnya ruang aman untuk berbicara. Meskipun ada banyak platform daring untuk berbagi pengalaman, kualitas interaksi tersebut seringkali tidak sebanding dengan dukungan yang bisa didapatkan dari percakapan tatap muka. Stigma negatif bahwa Gen Z adalah “generasi stroberi” yang dianggap lemah dan mudah menyerah membuat mereka enggan untuk terbuka.
Oleh karena itu, peran komunitas sangat dibutuhkan untuk memberikan ruang bagi Gen Z agar dapat mencurahkan isi hati dan berbagi pengalaman secara aman dan terbuka. Dukungan dari komunitas bisa menciptakan keterhubungan sosial yang sangat penting untuk kesehatan mental mereka. Forum “Munio” hadir sebagai wadah untuk mendorong dialog terbuka dan komunikasi yang asertif, sehingga Gen Z merasa dihargai dan didengarkan.
Dengan berbicara secara terbuka melalui forum “Munio,” masalah kesehatan mental di kalangan Gen Z dapat dicegah. Berbagi cerita atau perasaan dapat meredakan stres, meningkatkan pemahaman diri, serta membangun dukungan sosial yang sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan mental. Forum ini tidak hanya mendorong speak up, tetapi juga menciptakan pendengar yang baik dan lingkungan yang aman untuk berbicara. (*)
Baca Juga : 4 Kasus Bunuh Diri Mahasiswa di Lingkungan Kampus di Jawa Timur
*) Muhammad Fadeli, Dosen prodi ilmu komunikasi Ubhara surabaya dan pengurus Perhumas Surabaya
Editor : Iwan Iwe