MOJOKERTO - Dunia kesenian Indonesia berduka. Seniman Haris Poerwandi atau Mpu Haris meninggal dunia, Minggu (16/2/2025) kemarin.
Seniman Mpu Haris meninggal dunia di usia 65 tahun karena sakit. Jenazah disemayamkan di rumah duka Dusun Perning, Desa Perning, Jetis, Kabupaten Mojokerto.
Penjabat (Pj) Wali Kota Mojokerto, Moh Ali Kuncoro dalam postingan di media sosialnya mengaku kehilangan sosok pelukis dengan aliran naturalisme tersebut.
"Hari ini Mojokerto telah kehilangan sosok seniman handal, Mpu Haris Poerwandi. Meskipun beliau sudah tidak ada tapi karyanya ada di mana-mana," ungkapnya.
Ali Kuncoro mengungkapkan sejumlah karya Mpu Haris dipajang di Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto. Diantaranya lukisan berukuran besar bergambar Maha Patih Gajah Mada dan Tribuana Tunggal Dewi.
"Di ruangan Sekretariat DPRD Jawa Timur juga ada karya Almarhum yakni lukisan para Presiden RI," ujar pejabat yang akrab disapa Mas Pj ini.
Lukisan agung tentang kebesaran Majapahit, lanjutnya akan selalu bisa dinikmati masyarakat Indonesia dan khususnya Mojokerto.
"Sugeng tindak Empu Haris, karya-karya mu akan selalu abadi dan menginsipirasi kita semua," kata pria yang menjabat sebagai Sekretaris DPRD Provinsi Jawa Timur ini yang sempat menyenguk almarhum pada Desember 2024 lalu.
Mpu Haris dikenal melukis karyanya tokoh-tokoh Kerajaan Majapahit dengam cara mediasi sebelumnya. Seperti Maha Patih Gajah Mada yang digambarkan sebagai pria bertubuh kekar, atletis, wajah tirus dan berambut panjang. Haris melukis sosok Gajah Mada untuk memenuhi pesanan dari seorang pembeli asal Jakarta akhir 2017 lalu.
Sebelum melukis, ia melakukan ritual di beberapa situs Majapahit selama tujuh bulan. Ritual dilakukan untuk melihat roh suci Gajah Mada dilakukan di Situs Bhre Kahuripan di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
Namun ia saat itu mengaku menerima wangsit agar ritual dilanjutkan di Kubur Jago. Yakni di Desa Lebakjabung, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.
"Saya meditasi sampai tujuh kali dalam kurun waktu sekitar tujuh bulan," ujarnya pada 2017 silam.
Ini menjadi salah karyanya yang terkenal selain lukisan Hayam Wuruk, Raja Majapahit keempat yang memerintah mulai tahun 1350-1389 masehi dengan gelar Sri Rajasanegara. Tiap bulan ia rutin mengirim karyanya pada galeri serta kolektor yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Sebelumnya ia merupakan ASN Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto di Dinas Kesehatan (Dinkes). Meski mengajukan resign, namun tak juga dikabulkan hingga ia tidak masuk kerja hingga satu tahun dengan masih menerima gaji. Hingga di tahun 2005, permohonan resign dikabulkan. (*)
Editor : M Fakhrurrozi