Ungkapan “Kena Mental” sering kali kita dengar di kalangan remaja, meskipun terdengar sepele, bagaimana jika kata tersebut menyembunyikan maksud tertentu dan justru mencerminkan kenyataan pahit yang dialami oleh para remaja. Karena pada nyatanya, banyak anak muda yang berjuang melawan kecemasan akan masa depan, terjebak dalam kesepian, depresi, dan melawan emosi yang sulit diatasi. Dalam menghadapi tantangan ini, mereka sangat membutuhkan sebuah support system, sebuah tempat untuk berbagi cerita dan mendapatkan dukungan. Hal ini menjadi isu yang semakin mendesak mengingat banyaknya kasus bunuh diri pada remaja.
Dalam Survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022, Dari seluruh sampel survei yang diambil dalam 12 bulan terakhir, ada 1,4 persen remaja mengaku memiliki ide bunuh diri, 0,5 persen telah membuat rencana untuk bunuh diri, dan 0,2 persen telah melakukan percobaan bunuh diri. Angka-angka ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan akan dukungan mental bagi remaja. Di sinilah peran Posyandu Remaja menjadi sangat penting.
Posyandu, yang merupakan kepanjangan dari Pos Pelayanan Terpadu, selama ini dikenalsebagai tempat pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak. Namun, saat ini posyandu juga berfokus pada remaja dengan inovasi programnya yaitu Posyandu Remaja. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan remaja secara komprehensif, mencakup aspek fisik, mental, dan sosial. Dengan adanya posyandu ini, diharapkan dapat memberikan edukasi dan informasi kepada remaja mengenai pola hidup sehat, serta bimbingan terkait berbagai masalah yang mereka hadapi, melalui layanan konseling. Sehingga, stigma bahwa kesehatan mental bukanlah hal yang penting dapat mulai dihilangkan.
Posyandu Remaja memiliki potensi besar dalam membantu remaja menjaga kesehatan fisik dan mental mereka. Dengan pendekatan yang tepat, posyandu dapat berfungsi sebagai tempat yang aman bagi remaja untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan emosional. Namun, meskipun memiliki peluang besar, Posyandu Remaja masih menghadapi berbagai hambatan. Salah satu tantangan utama adalah bahwa program-program yang diberikan sering kali belum konsisten dan fokus utama masih tertuju pada ibu dan anak-anak kecil.
Baca Juga : Menyingkirkan Stigma, Memperkuat Dukungan: Peran Posyandu Remaja dalam Kesehatan Mental
Program mengenai kesehatan mental di Posyandu Remaja terbilang masih minim. Banyak posyandu yang belum sepenuhnya mengintegrasikan isu kesehatan mental ke dalam layanan mereka. Edukasi tentang kesehatan mental sering kali tidak menjadi prioritas utama dalam program-program yang ada. Hal ini mengakibatkan kurangnya pemahaman di kalangan remaja tentang pentingnya menjaga kesehatan mental mereka. Selain itu, keterbatasan sumber daya manusia dan pelatihan bagi kader posyandu juga menjadi penghalang dalam memberikan layanan kesehatan mental yang efektif. Kader posyandu sering kali tidak dilatih secara khusus untuk menangani masalah kesehatan mental remaja sehingga mereka mungkin merasa tidak siap atau kurang percaya diri dalam memberikan dukungan yang dibutuhkan.
Untuk mengatasi tantangan ini, perlu ada peningkatan dalam pelatihan kader posyandu mengenai isu-isu kesehatan mental serta pengembangan program-program yang lebih terfokus pada kebutuhan remaja, hal ini dapat dilakukan dengan:
1. Pemberian KIE (Konseling, Informasi, Edukasi) secara berkelanjutan dan fokus pada isu kesehatan mental sehingga, meningkatkan kesadaran masyarakat guna menghilangkan stigma mengenai kesehatan mental.
Baca Juga : Gibran Meminta Sistem Zonasi Dihapus: Apakah Berdampak Baik atau Buruk?
2. Pada layanan konseling, Posyandu Remaja berperan sebagai rumah berbagi cerita yang aman dan nyaman bagi para remaja. Dengan menghadirkan Psikolog maupun Relawan Mahasiswa Psikologi, Layanan konseling ini memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan oleh remaja. Melalui keterbukaan dalam berbagi cerita, remaja tidak hanya belajar untuk mengatasi masalah pribadi mereka tetapi juga memahami pentingnya kesehatan mental.
3. Sesi diskusi Kesehatan Mental, Forum Diskusi Bulanan: di forum ini mengangkat isu-isu mengenai gangguan kesehatan mental yang sering dialami oleh remaja. Pada forum ini para remaja dapat berbagi pengalaman dan menjadi support satu sama lain untuk mencari solusi bersama.
4. Pembentukan Kader Remaja:
Baca Juga : Etika Digital: Cegah Kekerasan Verbal Online
a. Pelatihan Kader: menyelenggarakan pelatihan khusus yang mencakup pengetahuan baik kesehatan fisik maupun mental. Melalui pelatihan ini diharapkan menjadi bekal sebagai peer counselour kepada teman-teman sebaya.
b. Program Mentorship mengembangkan program mentorship dimana kader yang lebih berpengalaman dapat membimbing kader baru, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemimpinan.
5. Kegiatan Sosial dan Komunitas Mendorong kader Posyandu Remaja maupun para Remaja untuk terlibat aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat, seperti kampanye kesehatan atau kegiatan amal sehingga, membantu meningkatkan rasa empati dan tanggung jawab sosial.
Baca Juga : Kemkominfo Berganti Menjadi Kemkomdigi, Mampukah Nama Baru Membawa Inovasi?
Dengan memperluas cakupan layanan Posyandu Remaja, diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan remaja secara menyeluruh. Untuk mencapai tujuan ini, dukungan dari pemerintah dan masyarakat sangatlah penting. Kolaborasi ini diperlukan untuk menghilangkan stigma seputar kesehatan mental yang sering kali membuat remaja enggan mencari bantuan. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan terbuka, kita dapat mendorong remaja untuk lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mental mereka, sehingga mereka merasa aman dan nyaman untuk berbagi masalah serta mendapatkan dukungan yang dibutuhkan. (*)
*) Mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya.
Baca Juga : Kesenjangan Gaji Berdasar Gender: Tantangan dan Solusi untuk Masa Depan yang Adil
Editor : Iwan Iwe