MADINAH - Tak hanya ibadah yang disiapkan dengan serius, makanan pun menjadi perhatian besar dalam pelayanan jemaah haji Indonesia. Di tengah suhu gurun dan padatnya jadwal ibadah, sajian menu khas Nusantara hadir sebagai pengobat rindu kampung halaman, sekaligus penopang stamina para jemaah—terutama bagi mereka yang telah lanjut usia.
Sebanyak 21 perusahaan katering ditunjuk untuk melayani konsumsi jemaah selama di Madinah. Salah satunya adalah dapur besar Uhud Taibah for Catering yang terletak di Jalan Pangeran Nayef Bin Abdulaziz. Di dapur inilah, aroma tumisan khas Indonesia menyeruak dari panci-panci besar yang terus mengepul.
“Pemerintah Indonesia membantu kami dengan menyiapkan bumbu jadi. Semua bumbu dan rempah-rempah asli dari Indonesia. Komposisinya sekitar 90 persen bahan dari Indonesia,” ungkap Chef Muhammad Suhendi, juru masak asal Cisarua, Bogor yang bertugas meracik menu harian.
Baca Juga : Menu Nusantara Cita Rasa Indonesia, Suguhan Bergizi Selama Perjalanan Haji
Penggunaan bumbu Indonesia bukan hanya soal rasa, tapi juga strategi menyesuaikan selera jemaah, utamanya lansia. Cita rasa Nusantara yang lebih ringan dan tidak sekuat masakan Timur Tengah dinilai lebih cocok untuk pencernaan dan kenyamanan makan jemaah Indonesia.
“Bumbu kita lebih soft. Makanya dipilih oleh pemerintah supaya jemaah nyaman, makan tetap enak, tidak terlalu asing,” imbuh Suhendi.
Hingga Rabu, 7 Mei 2025, jumlah jemaah haji Indonesia yang telah tiba di Madinah mencapai sekitar 41.194 orang dari total kuota 203.320 jemaah. Jumlah ini tersebar dalam 106 kloter yang sudah mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA), Madinah.
Baca Juga : Usia Senja Bukan Penghalang, 65 Lansia di Blitar Antusias Ikuti Pondok Ramadan
Dari jumlah tersebut, sekitar 8.950 jemaah merupakan lansia. Angka ini mendorong Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk menerapkan layanan ramah lansia secara menyeluruh, termasuk dalam aspek konsumsi.
Ketua PPIH Arab Saudi, Muchlis Hanafi, mengakui adanya keluhan terkait makanan yang dinilai terlalu pedas atau kurang sesuai bagi lansia. Evaluasi pun langsung dilakukan.
“Intinya, makanan ini bukan cuma halal, tapi juga harus baik dikonsumsi oleh lansia. Gizinya terpenuhi, tepat waktu penyajiannya, dan rasanya tidak menyulitkan,” tegas Muchlis dari Daker Madinah.
Baca Juga : Asyik Jogging, Lansia di Malang Tewas Tertabrak Kereta Api Malabar
Sistem pengolahan makanan di dapur katering dijalankan dengan standar tinggi. Proses memasak dilakukan secara bergilir sejak malam hari, dan makanan dikemas dalam boks bersuhu minimal 80 derajat Celsius. Menu pun disusun bergilir, dengan tambahan buah segar seperti jeruk dan pisang, serta hidangan spesial tiap Jumat berupa nasi Arab, ayam panggang, dan kurma.
Dadang Suratman, tenaga ahli dari Poltekpar NHI Bandung sekaligus pengawas konsumsi PPIH menegaskan, “Makan pagi harus dikonsumsi maksimal pukul 09.00, makan siang pukul 16.00, dan makan malam sebelum pukul 21.00. Kalau lewat, harus dibuang.”
Baca Juga : Sederet Manfaat Aktivitas Fisik Bagi Pralansia dan Lansia
Petugas konsumsi juga siap melakukan penyesuaian jika ada jemaah dengan kebutuhan khusus, termasuk lansia yang sedang dalam pemantauan medis. Setiap hari, makanan diuji dan dievaluasi sebelum disajikan.
Dengan pendekatan adaptif, sajian bercita rasa Nusantara diharapkan mampu menjaga semangat dan kesehatan jemaah. Tak hanya memenuhi selera, tapi juga menjamin ibadah yang lebih nyaman dan khusyuk hingga ke puncak haji nanti.
Editor : A. Ramadhan