Sidoarjo menyimpan banyak warisan budaya yang menarik. Salah satunya adalah kesenian Reog Cemandi
Kesenian ini menjadi daya tarik tersendiri hingga menjadi ikonis. Seperti namanya, Reog Cemandi berasal dari Desa Cemandi, Kecamatan Sedati, Sidoarjo.
Reog Cemandi menjadi kebanggaan masyarakat Sidoarjo sebab menyimpan nilai sejarah yang harus terus dilestarikan.
Asal-usul Reog Cemandi
Baca Juga : Sajikan 1.500 Porsi Lontong Cecek, Sidoarjo Pecahkan Rekor MURI di Jayandaru Parade Selera Rasa
Reog cemandi merupakan kesenian asli Sidoarjo yang pertama kali muncul pada tahun 1922. Kesenian ini awalnya digunakan masyarakat untuk mengusir para penjajah Belanda.
Pemegang atau penerus Reog Cemandi juga dilakukan dengan baik. Saat ini, sudah memasuki generasi kelima yang dipimpin oleh Susilo.
"Reog ini turun-temurun dari generasi pertama kyai pondok pesantren dan saya generasi kelima," ujar Susilo.
Baca Juga : Jayandaru Parade Selera Rasa Digelar September Ini, Catat Tanggalnya dan Ikuti Keseruannya!
Karakteristik Reog Cemandi
Berbeda dengan Reog Ponorogo, kesenian Reog Cemandi mempunyai ciri khas tersendiri. Ini terletak pada instrumen musik dan elemen pendukung lainnya.
Mengutip dari laman resmi Kemdikbud, ada beberapa perbedaan, di antaranya sebagai berikut:
Baca Juga : 5 Situs Peninggalan Candi di Sidoarjo, Sarat Sejarah!
- Topeng: Reog Cemandi memiliki bentuk seperti wajah Buto Cakil dengan dua taring. Topeng yang berukuran lebih kecil dari topeng Reog Ponorogo. Topeng ini berwarna merah yang melambangkan sifat amarah, sedangkan warna putih melambangkan kesucian.
- Tarian: Tarian yang dilakukan berguna untuk mengusir penjajah agar tidak memasuki desa Cemandi. Setiap gerakan harus dilakukan secara berurutan.
- Musik pengiring: Musik pengiring dimainkan dengan beberapa alat musik tradisional, seperti enam gendang dan tiga angklung.
Menariknya, setiap peralatan yang digunakan dalam Reog Cemandi adalah asli sejak kesenian ini lahir. Ini menunjukkan kelestarian tradisi yang dijaga dengan baik.
Perlakuan khusus juga dilakukan untuk merawat peralatannya, seperti alat musik, topeng, dan lain-lain akan selalui diberikan ritual pada malam-malam tertentu.
"Perawatan topeng dilakukan dengan memberikan sesajen setiap malam jumat dan malam-malam tertentu," tambah Susilo.
Baca Juga : 4 Restoran Keluarga di Sidoarjo, Cocok untuk Momen Kumpul Bersama!
Perawatan yang dilakukan dengan berupa ritual ini digunakan untuk menjaga topeng agar tidak mudah rusak dan tetap terjaga.
Biasanya, Reog Cemandi bakal diadakan pada acara-acara tertentu, seperti karnaval, peringatan hari besar Islam, hari kemerdekaan Indonesia, dan Hari Jadi Kabupaten Sidoarjo.
Reog Cemandi tidak hanya sekadar tarian untuk mengusir para penjajah, tetapi juga mengandung nilai filosofis yang mendalam.
Baca Juga : 5 Rekomendasi Kuliner Khas Sidoarjo yang Wajib Dicoba, Rasanya Bikin Nagih!
Dengan terjaganya kesenian Reog Cemandi, diharapkan dapat tetap dilestarikan sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia.
Editor : Khasan Rochmad