SURABAYA - Komitmen untuk menjadikan desa sebagai pusat ketahanan pangan nasional kembali ditegaskan melalui peluncuran program Penguatan Desa Produktif Berbasis Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) sebagai Pilar Ketahanan Pangan untuk Mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini digagas oleh Yayasan Kita Indonesia Penggerak (KIP Foundation) bekerja sama dengan Sampoerna untuk Indonesia yang didukung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Selama Januari hingga Juni 2025, empat BUMDesa di Jawa Timur menjadi percontohan program, yakni BUMDesa Ardiles Ardimulyo dari Desa Ardimulyo di Kabupaten Malang, BUMDesa Ngudi Sejahtera dari Desa Ngunut di Kabupaten Tulungagung, BUMDesa Sendang Drajat Canggu dari Desa Canggu di Kabupaten Kediri, dan BUMDesa Tim Pejuang Kemajuan dari Desa Sidorejo di Kabupaten Ngawi. Keempat BUMDesa ini dipilih karena memiliki BUMDesa yang aktif dan potensi lokal yang besar dalam sektor pertanian, perikanan, dan peternakan. Program ini menjangkau pengelola BUMDesa, perangkat desa, dan masyarakat sekitar sebagai penerima manfaat.
Program ini merupakan bagian dari kebijakan nasional yang mendorong alokasi minimal 20 persen Dana Desa untuk ketahanan pangan, serta mendukung program prioritas pemerintah, yaitu Makan Bergizi Gratis (MBG). Di tingkat provinsi, program ini selaras dengan inisiatif strategis Jawa Timur Daulat Pangan dan Klinik BUMDesa yang dijalankan di bawah misi Nawa Bhakti Satya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Dalam pelaksanaannya, program ini memiliki tiga pilar utama yang saling terintegrasi dan dirancang untuk menjawab kebutuhan nyata di lapangan yakni pelatihan dan pendampingan Intensif untuk Penguatan Kapasitas BUMDesa. Sesi pelatihan intensif dilaksanakan sepanjang Mei hingga Juni 2025, langsung di BUMDesa sasaran.
Topik yang diberikan meliputi penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) usaha pangan, pelatihan promosi digital produk lokal, teknik pertanian terpadu, pengelolaan peternakan, budidaya perikanan, serta pengadaan barang dan jasa level desa. Pendampingan dilakukan oleh praktisi dan pakar dari berbagai instansi seperti Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC), hingga LKPP RI.
Pilar kedua yaitu Dukungan Infrastruktur Kawasan Inovasi Pangan. Guna memperkuat aspek produksi, program ini menyediakan infrastruktur berbasis potensi dan kebutuhan lokal di masing-masing BUMDesa. Dukungan yang diberikan antara lain berupa: Kolam lele berbasis bioflok di BUMDesa Ardiles Ardimulyo sebagai pusat protein alternatif yang mudah dibudidayakan dan bernilai ekonomi tinggi.
Greenhouse hidroponik di BUMDesa Ngudi Sejahtera, BUMDesa Sendang Drajat Canggu, dan BUMDesa Tim Pejuang Kemajuan Sidorejo yang memungkinkan desa memproduksi sayuran segar berkualitas tinggi sepanjang tahun tanpa tergantung musim.
Fasilitas ini tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi pangan lokal, tetapi juga berfungsi sebagai pusat pembelajaran dan percontohan bagi masyarakat desa lainnya. Konsep Kawasan Inovasi Pangan yang diterapkan juga mencerminkan komitmen program terhadap keberlanjutan, efisiensi, dan adaptasi terhadap tantangan pertanian masa depan.
Pilar ketiga yaitu Produksi Konten Digital untuk Branding dan Akses Pasar. Sebagai upaya memperluas pasar dan meningkatkan daya saing produk BUMDesa, program ini memproduksi video dokumenter di masing-masing desa. Video ini menampilkan keunikan proses produksi pangan, inovasi lokal, serta semangat gotong royong masyarakat dalam membangun kedaulatan pangan desa.
Selain sebagai media promosi, konten ini juga berfungsi sebagai alat edukasi dan kampanye publik untuk meningkatkan citra BUMDesa sebagai Kawasan Inovasi Pangan. Materi promosi ini akan digunakan di platform digital, media sosial, hingga forum-forum pemasaran BUMDesa, dengan harapan memperluas akses pasar dan membuka peluang kolaborasi lintas sektor.
Founder KIP Foundation, Dwi Ariady Kusuma, menegaskan bahwa BUMDesa memiliki potensi besar untuk menjadi garda terdepan dalam sistem pangan nasional, asalkan diberi ruang, kepercayaan, dan pendampingan yang tepat.
“Desa punya semua: lahan, SDM, budaya gotong royong, dan potensi lokal yang luar biasa. Tapi mereka butuh akses dan sistem pendukung yang nyata. Program ini adalah bentuk nyata dari keberpihakan pada BUMDesa untuk tidak hanya menjadi penyedia bahan pangan, tapi juga pelaku utama ekonomi pangan,” ujar Ari Kusuma.
Ia menambahkan, penguatan BUMDesa bukan sekadar proyek ekonomi, melainkan gerakan sosial untuk mengembalikan kedaulatan pangan kepada rakyat. “Kami percaya, ketika desa berdaulat atas pangannya, maka ia juga berdaulat atas masa depan ekonominya.”
Program ini menjadi contoh bagaimana pendekatan berbasis kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta dapat menciptakan perubahan nyata di tingkat akar rumput. Dalam jangka panjang, program ini diharapkan dapat Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah usaha pangan di desa, Membuka peluang kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat, Mendukung pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis, dan Menjadi model percontohan nasional dalam penguatan ketahanan pangan berbasis BUMDesa.
Dengan semangat kolaboratif dan berbasis kebutuhan lokal, program ini menegaskan bahwa desa bukan objek pembangunan, melainkan subjek utama dalam menciptakan masa depan pangan Indonesia yang mandiri, sehat, dan berkelanjutan. Maju Bersama Desa. (*)
Editor : M Fakhrurrozi