Film horor Indonesia Pengabdi Setan menampilkan kisah memilukan yang melampaui batas-batas tradisional cinta seorang ibu.
Dirilis pada tahun 2017 oleh Joko Anwar, film ini dengan berani mengeksplorasi tema horor keibuan, menggambarkan seorang ibu yang terjerumus ke dalam kejahatan, sebuah penyimpangan dari kompleksitas peran ibu yang biasanya dilihat sebagai sumber kasih sayang.
Pengabdi Setan dengan cerdik menghadirkan pertanyaan yang menghantui: Apa yang terjadi ketika figur cinta dan perlindungan berubah menjadi ancaman yang menakutkan?
Sosok Ibu dalam Pengabdi Setan
Baca Juga : 9 Film Horor Terlaris Sepanjang Masa. Pas Ditonton di Malam Helloween!
Maternal Horror adalah subgenre horor yang menampilkan sosok ibu sebagai pemeran utama dalam film dengan menyoroti berbagai aspek terkait dengan fungsi reproduksi, seperti kehamilan, persalinan, menyusui, sebagai sumber utama teror dalam film.
Dalam film Pengabdi Setan, ibu ditunjuk sebagai tokoh sentral yang memiliki hubungan kuat dengan kejadian-kejadian supranatural yang terjadi di sekitar keluarganya.
Penggambaran peran ibu itu sendiri dapat dikatakan sebagai sebuah inovasi. Biasanya dalam budaya tradisional, ibu dilihat sebagai sosok pelindung atau sumber kekuatan.
Baca Juga : Jejak Mistis: Kisah Nyata di Balik Film Kemah Terlarang Kesurupan Massal
Namun, dalam film ini, ibu digambarkan dengan kompleksitas yang lebih dalam. Teror kejahatan yang tak terduga juga merusak konsep tradisional keibuan dalam film Pengabdi Setan, mengingatkan kita bahwa ikatan terkuat dengan seorang ibu pun dapat terpengaruh.
Selain itu, representasi ibu dalam film horor dapat memberikan dampak yang besar bagi penonton, terutama dari sisi emosional dan psikologis. Hal ini dikarenakan ibu merupakan salah satu sosok yang krusial dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut, Musyaffa Afif Wicaksana, mahasiswa ISI Surakarta yang memiliki pengalaman sebagai sutradara dan produser film, salah satunya berjudul “Sawang Sinawang (2022)”, transformasi ibu menjadi monster dapat memberikan dampak emosional bagi penonton.
Baca Juga : Ketika Ibu Menjadi Monster: Menggali Maternal Horror dalam "Pengabdi Setan"
“Dalam film Pengabdi Setan, disfungsi karakter ibu memberikan dampak emosional kepada penonton karena sepanjang film kondisi keluarga tidak harmonis. Kondisi ini membuat anggota keluarga yang lain terpaksa menjalankan peran ibu,” ujarnya saat diwawancarai pada Senin (16/9/2024).
Pengaruh Sosial dan Budaya dalam Pengabdi Setan
Perempuan sering dianggap sebagai pilar utama keluarga dan diharapkan untuk mengorbankan diri mereka sendiri demi keluarga.
Baca Juga : 4 Alasan Film Horor Bisa Merajai Bioskop Indonesia
Dalam film Pengabdi Setan, karakter ibu menghadapi tantangan supranatural yang menguji iman dan kekuatan spiritualnya.
Hal ini dapat ditafsirkan sebagai metafora dari beban dan tekanan yang sering dialami perempuan dalam menghadapi tuntutan sosial dan keluarga.
Sejalan yang disampaikan oleh Drs. Koiri, M.Si., Dosen Senior Program Studi Sastra Inggris yang mengampu mata kuliah Pop Culture, sosok ibu merupakan simbol perlawanan perempuan.
Baca Juga : Pemain Bangsal Isolasi Sapa Penggemar di Mopic Cinema
"Ibu digambarkan sebagai simbol perlawanan perempuan yang menginginkan perubahan. Dia ingin lebih diakui keberadaannya sebagai seorang ibu di masyarakat tapi dia menggunakan cara-cara yang salah,” ujarnya.
Koiri juga menambahkan bahwa dalam film ini, peran ibu merupakan hal yang baru dari film horor lainnya.
“Dalam memerankan sosok perempuan, karakter ibu memang mengalami kebaruan. Perempuan dalam film-film lama digambarkan lebih pasrah atau menerima takdirnya," kata Koiri melanjutkan.
"Namun, dalam film Pengabdi Setan, sang ibu digambarkan lebih ekspresif, lebih berani, dan penuh pemberontakan."
"Ibu dalam film ini memberontak karena tidak memiliki anak dan dengan tegas menyuarakan ketidakpuasannya, bahkan sampai bergabung dengan sekte sesat,” imbuhnya.
Pada akhirnya Pengabdi Setan menyoroti pergeseran peran ibu dari sosok yang penuh kasih sayang menjadi entitas yang mengerikan, yang melibatkan kecemasan, ketidakamanan, dan teror yang mengerikan.
Editor : Khasan Rochmad