Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November mendatang, sejumlah pasangan calon sudah gencar melakukan kampanye untuk menarik perhatian dan dukungan pemilih. Para paslon berlomba-lomba meningkatkan elektabilitas untuk menguasai perolehan suara, dan berakhir menduduki kursi empuk kepemimpinan.
Para pasangan calon mungkin sudah menyiapkan tekad yang kuat dalam ketatnya persaingan menduduki kursi kepala daerah. Tapi apakah dalam pencalonan ini, mereka hanya butuh tekad? Tentu saja tidak. Setiap tekad yang besar tentunya harus diiringi wawasan yang luas, pemahaman yang mendalam, dan rencana yang masuk akal bagi masyarakat.
Sudah banyak visi-misi yang didengar masyarakat dengan bahasa indah untuk menggugah hati. Bahkan, banyak program dengan klaim “pro kalangan menengah ke bawah” telah disampaikan, namun sejauh mana program-program tersebut benar-benar realistis dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat?
Semua janji besar yang digembar-gemborkan akan terasa hampa jika tidak didasari pengetahuan yang cukup tentang daerah dan kebutuhan nyata masyarakat. Banyak angka fantastis yang disajikan dalam program para paslon, angka-angka besar yang membuat masyarakat kembali bertanya, benarkah janji ini akan terlaksana? Rakyat tidak butuh angka. Rakyat butuh aksi nyata.
Baca Juga : Jelang Pilkada 2024, Pemimpin Seperti Apa yang Dibutuhkan Jawa Timur?
Dalam beberapa debat publik, beberapa hal konyol yang berasal dari para orang yang katanya "calon pemimpin" sukses menjadi sorotan publik. Bukannya menunjukkan visi konkret yang sesuai kebutuhan daerah, beberapa calon malah terkesan minim pemahaman atas isu-isu daerah yang seharusnya mereka kuasai. Lebih parah lagi, dalam situasi terpojok saat debat, beberapa calon justru tidak mampu mengendalikan emosi.
Banyak masyarakat khawatir dan menyayangkan sikap emosional para calon, mereka dinilai tidak siap memimpin daerah dengan bijak, apalagi jika harus menghadapi tekanan lebih besar. Seorang calon pemimpin yang baik seharusnya mampu bersikap tenang, bijaksana, dan berfokus pada solusi, bukan malah mengedepankan ego ketika dihadapkan pada tantangan.
Jadi, seperti apa calon pemimpin yang layak kita pilih jika para calon pemimpinnya justru menunjukkan kapasitas diri yang rendah? Siapa di antara mereka yang setidaknya memenuhi standar kepemimpinan yang dibutuhkan? Pemimpin yang dibutuhkan rakyat bukan hanya mereka yang pandai beretorika, tetapi pemimpin yang memiliki wawasan nyata, kebijaksanaan, serta kemampuan untuk menjaga kestabilan dalam menghadapi tantangan.
Baca Juga : KPU Tuban Sosialisasikan Pilkada Serentak 2024 kepada Pemilih Difabel, Termasuk Tuna Grahita
Sebagai pemilih, masyarakat perlu lebih kritis dan selektif dalam menilai kandidat yang akan dipilih. Kita semua berhak memiliki pemimpin yang cakap dan berkualitas, bukan yang mudah goyah di bawah tekanan. Pemimpin yang layak dipilih adalah mereka yang dapat membuktikan bahwa janji-janji mereka bukan sekadar retorika, tetapi memiliki dasar yang kuat dan rencana nyata untuk mengubah daerah menjadi lebih baik.
*Selvina Apriyanti, mahasiswi Ilmu Komunikasi yang bertahan hidup dengan Kopi dan playlist Hindia. Sukanya ngantuk, tidur, dan ketiduran tapi cita-citanya bangun coffeshop buat bantu pendapatan negara. Gapapa, kalo kata Hindia mah "Setiap hari ku bersyukur melihatmu, berselimut harapan, berbekal cerita."
Baca Juga : Kampanye Layaknya Panggung Pertunjukan, Rakyat Hanya Jadi Target Suara?
**) Penulis adalah salah satu peserta magang JTV Digital periode September-Desember 2024.
Editor : A.M Azany